TEMPO Interaktif, Jakarta:Kaum ibu dan aktivis perempuan di berbagai daerah memperingati Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada 8 Maret ini dengan unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Aksi tersebut antara lain terjadi di Semarang, Solo, Palembang, Makassar, dan Mataram.Ratusan ibu rumah tangga dan aktivis perempuan dari Aliansi Perempuan Eks Karesidenan Surakarta (APKS) itu berkumpul di Bunderan Gladag, Solo, untuk memprotes kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaikkan harga bahan bakar minyak. Mereka membawa sejumlah poster dan spanduk, yang antara lain berbunyi, “BBM Naik, Ibu Rumah Tangga Menjerit”, “Mana Janjimu SBY”, dan “BBM Naik, Harga Melangit”. “Saya kecewa telah memilih SBY, karena baru menjabat beberapa bulan saja sudah menyengsarakan rakyat,” teriak Estu, ibu rumah tangga di Solo saat berorasi. “Janji-janjinya saat kampanye hanya manis di kata-kata. Karena itu, kami akan mencabut mandat SBY-JK. Banyak ibu-ibu yang kecewa telah memilih Pak SBY.” Puluhan aktivis perempuan di Semarang yang tergabung dalam Jaringan Peduli Perempuan dan Anak (JPPA) Jawa Tengah, Selasa (8/3), unjuk rasa dengan membawa sejumlah alat-alat dapur dan berorasi menentang kenaikan harga bahan baker minyak. “Kebijakan pemerintahan SBY menaikkan harga BBM merupakan bukti ketidakpahaman dan ketidakberpihakan terhadap persoalan yang dihadapi perempuan,” kata Indira, Koordinator JPPA.Pada saat yang sama, puluhan mahasiswa Semarang dari Liga Mahasiswa Nasional Demokratik dan Relawan Perjuangan Demokrasi juga melakukan aksi menolak kenaikan harga bahan baker minyak serta menuntut SBY-Kalla mundur. Di Palembang, ratusan ibu rumah tangga dari keluarga miskin kota di Palembang dan mahasiswa mendatangi kantor Gubernur Sumatera Selatan untuk menyampaikan aspirasi mnolak kenaikan harga bahan bakar minyak. Para ibu yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak ini merupakan istri para supir bus kota, pengemudi perahu di Sungai Musi, tukang keruntung, penarik becak, dan buruh kasar. Mereka membawa anak-anak sekolah dan bayi, sebagai simbol kenaikan harga telah menyengsarakan kehidupan mereka. Ibu-ibu di Makassar memolak kenaikan harga bahan baker dengan unjuk rasa di gedung DPRD Sulawesi Selatan dan kantor Pertamina wilayah VII Makassar. “Membeli minyak tanah dengan harga Rp 1.400-1.500 dengan pendapatan pas-pasan, kami tidak mampu,” teriak Suyatmi di depan kantor Pertamina.Sekitar 150 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Mataram menggelar aksi menolak kenaikan harga minyak dengan mendatangi kantor RRI setempat. Mereka menyiarkan tuntutan menolak kenaikan bahan bakar minyak dan menurunkan SBY-Kalla lewat radio pemerintah itu. (Anas Sy/Sohirin/Arief A/Irmawati/Supriyantho/Sujatmiko)