Pasukan Marinir Angkatan Laut mengisi ulang Meriam Howitzer ketika melakukan Bantuan Tembakan Artileri dalam Latihan Puncak Armada Jaya di Pantai Sekerat, Sangatta, Kalimantan Timur, Kamis (10/11). Latihan bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di daerah Alur Laut Kepulauan Indonesia yang merupakan perbatasan dengan negara tetangga, melibatkan 4000 ribu personil AL, 23 kapal Perang, 3 pesawat cassa, 3 Helikopter, 1600 pasukan Pendarat Marinir, dan 93 kendaraan Tempur. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar TNI Angkatan Darat memamerkan persenjataan terbarunya. Kali ini TNI AD memamerkan 18 meriam Hyundai howitzer tarik 155 milimeter/L52 Kh-179 yang baru datang dari Korea Selatan bulan lalu. Meriam kaliber 155 mm ini adalah kaliber terbesar yang dimiliki TNI AD untuk meriam jenis tarik.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan pembelian satu unit meriam ini menghabiskan dana sekitar US$ 980 ribu pada saat kurs rupiah 9.000 per dolar AS. Daya tembak meriam ini bisa mencapai 30 kilometer.
"Pembelian ini untuk melengkapi Multi-Launcher System kami yang daya tembaknya jauh," kata Budiman seusai melantik sejumlah anak buahnya di Mabes AD, Selasa, 6 Mei 2014. "Jadi kami mempunyai peralatan dengan daya tembak dari yang jauh sampai yang terdekat."
Selain itu, kata Budiman, pembelian senjata ini juga untuk mengganti beberapa artileri tarik di gudang senjata TNI AD yang sebelumnya hanya berkaliber 105 milimeter. Meski beberapa tahun lalu TNI AD sudah membeli sistem persenjataan Caesar dan Astros.
Adapun sistem persenjataan ini nantinya diserahkan kepada Batalyon Kodam Iskandar Muda, Kodam 12 Tanjung Pura, dan Kodam Mulawarman. "Kami tempatkan di Kodam yang sistem persenjataannya masih terbatas dan sifatnya stasioner."
