TEMPO.CO, Bandung - Anggota Dewan Syuro Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Bandung, Husain Al-Kaff, mengkritik gerakan-gerakan anti-Syiah di Indonesia. Menurut dia, gerakan Syiah justru menghargai perbedaan. "Syiah di Indonesia hadir dengan menghargai pluralisme," ujarnya kepada Tempo, Rabu, 23 April 2014.
Ia menyayangkan adanya deklarasi anti-Syiah, Minggu lalu, terlebih salah seorang pewarta ABI, Muhammad Ngainan, menjadi obyek pengeroyokan Ahad lalu. "Biarlah masyarakat yang menilai," ujarnya. (Baca: Komnas HAM: Aliansi Tak Berhak Larang Ajaran Syiah)
Merebaknya isu sektarian Syiah memang menuai reaksi dari pihak anti-Syiah. Ahad, 20 April 2014, lalu para ulama yang tergabung dalam gerakan Aliansi Nasional Anti-Syiah mengadakan Deklarasi Anti-Syiah di Cijagra, Bandung. Alotnya acara menyebabkan jurnalis Ahlul Bait Indonesia (ABI), Muhammad Ngainan alias Muzadiq, dikeroyok oleh sekelompok orang. (Baca: 4 Poin Deklarasi Anti-Syiah di Bandung)
Penasihat IJABI Jawa Barat Makmun Jamaluddin berpendapat gerakan anti-Syiah yang menguat belakangan ini sebagai reaksi adanya calon anggota legislatif dari Syiah.
"Mereka takut kalau yang mereka (anti-Syiah) jelekkan nanti berbalik akan menjelekkan mereka," kata Makmun kepada Tempo saat ditemui di kediamannya, kawasan Ledeng, Bandung, Selasa, 22 April 2014. "Syiah yang ada di pikiran mereka, bahwa Syiah sesat, hanyalah mitos belaka."
Menurut Makmun, majunya penganut Syiah Jalaluddin Rakhmat, akrab disapa Jalal, sebagai caleg PDIP menjadi dasar aksi tersebut. Ada pihak yang menyebutkan kalau Jokowi terpilih sebagai presiden, Jalal akan menjabat sebagai Menteri Agama. "Kami tidak memiliki tujuan untuk mendiskreditkan mazhab lain, justru majunya Jalal ke ranah politik didasari oleh banyaknya tekanan terhadap kaum minoritas seperti Kristen, Syiah, dan Ahmadiyah," katanya.
FATHIMAH SALMA ZAHIRA
Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo
Berita terpopuler:
JIS Disebut seperti Negara dalam Negara
Belasan Penyidik KPK Geledah Menara BCA
Ketemu Jokowi, Bocah Marunda Menanti Hampir 2 Jam
Berita terkait
212 Pengungsi Syiah di Sidoarjo Jadi Pemilih Pilkada Sampang
20 Februari 2018
Pilkada Sampang diikuti tiga pasangan calon.
Baca SelengkapnyaPemkab Sampang: Pengungsi Syiah Tetap Bisa Gunakan Hak Politik
24 Mei 2017
Pemkab Sampang menjamin warga Syiah yang mengungsi di Sidoarjo bisa menggunakan hak suaranya dalam pilkada yang akan digelar 27 Juni 2018.
Baca SelengkapnyaLindungi Peringatan Asyura, Aktivis Puji Polisi Semarang
12 Oktober 2016
"Sudah kewajiban kami melindungi. Jika ada yang nekad membubarkan,
akan berhadapan dengan kami,"kata Komisaris Besar Abiyoso Seno Aji.
Warga Bubarkan Perayaan Hari Asyura Kaum Syiah di Kendari
11 Oktober 2016
Hasil mediasi disepakati bahwa perayaan Hari Asyura di Kendari dihentikan.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Penolak Peringatan Asyuro di Semarang
11 Oktober 2016
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah mengelar mediasi membahas polemik soal rencana peringatan Asyuro.
Baca SelengkapnyaSempat Ditolak, Peringatan 10 Asyura Kaum Syiah Dialihkan
9 Oktober 2016
Sebelumnya, beberapa orang yang mengatasnamakan diri Forum Umat Islam mendatangi Polda Jawa Tengah menolak kegiatan kaum Syiah.
Baca SelengkapnyaNasib Ratusan Pengungsi Syiah Sampang Masih Terkatung-Katung
7 September 2016
Komisi Nasional Perempuan mendesak pemerintah segera memenuhi hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya mereka.
Baca SelengkapnyaJadi Pengungsi, Warga Syiah Sampang Merasa Belum Merdeka
17 Agustus 2016
Pengungsi Syiah merasa masih mengalami diskriminasi karena tinggal di tempat pengungsian sejak 2012.
Baca SelengkapnyaGara-gara Melarang Hari Raya Syiah, Wali Kota Bogor Digugat
19 Januari 2016
Wali Kota Bogor dinilai melanggar undang-undang ketika melarang warganya yang menganut Syiah merayakan hari besar agamanya.
Baca SelengkapnyaMUI Yogyakarta Tolak Permintaah FJI Melarang Syiah
11 Desember 2015
"Kami dituduh menodai agama, meresahkan masyarakat, tapi tidak ada buktinya."
Baca Selengkapnya