TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengenang jasa Raden Ajeng Kartini yang telah berjuang untuk emansipasi wanita. Sebagai salah satu tokoh perempuan, Risma tak mau bersikap semena-mena dengan mengatasnamakan emansipasi wanita.
"Kalau sudah di rumah ya harus kembali ke kodratnya. Enggak boleh mentang-mentang karena ini-itu," kata dia saat ditemui di Balai Kota, Minggu, 20 April 2014.
Oleh karena itu, dia tak pernah membawa urusan pekerjaan ke dalam rumah. Apalagi bila ada masalah dalam pekerjaan. "Kalau lagi marah karena pekerjaan ya enggak boleh dibawa ke rumah. Masak aku bersikap gitu, kan ya lucu," ujarnya.
Dikatakan wali kota perempuan pertama di Surabaya itu, wanita juga harus berprestasi dan berkarya. Namun, kata dia, wanita tidak boleh melupakan kodratnya yang telah diamanahkan oleh Tuhan. "Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan pasti punya tujuan. Kita harus sesuai porsi," kata Risma.
Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita. Ia dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1897. Bukunya yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang banyak menginspirasi semua kalangan. Pemikiran-pemikiran Kartini tersebut mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.
Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris
18 hari lalu
Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris
Lebaran di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris tahun ini dihadiri sedikitnya 150 orang Diaspora dan Warga Bangsa yang kuliah maupun bekerja dan tinggal di sekitaran Perancis.