Anak-anak dari sanggar Meta Budaya tampil dalam Festival Dolanan Bocah di Plaza Taman Sriwedari, Solo, Minggu (20/5). Festival yang menampilkan nyanyian, tarian, dan permainan tradisional anak-anak itu berlangsung 18-20 Mei. Tempo/ Andry Prasetyo
TEMPO.CO, Solo -Panggung permanen di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Solo rusak cukup parah lantaran tertimpa pohon besar yang tumbang, Sabtu, 12 April 2014. Pohon berdiameter lebih dari semeter itu tumbang saat turun hujan.
Untungnya, tidak ada korban yang terluka dalam kejadian itu. "Kondisi dalam THR sepi saat pohon itu tumbang," kata Manajer Operasional THR Sriwedari, Zaffrid Robbid Fuady. Tak hanya merusak panggung, batang dan dahan pohon itu juga merusak atap di atas tempat duduk penonton.
Di duga, pohon trembesi tersebut tumbang lantaran usianya yang sudah sangat tua. Menilik ukurannya, pohon itu diperkirakan sudah berusia lebih dari seabad. Sebab pada saat itu tidak ada angin kecang. "Hujan juga tidak terlalu deras," kata Zaffrid.
Rencananya, pengelola akan segera membangun panggung darurat agar kegiatan di THR Sriwedari tetap bisa berjalan. "Perbaikan panggung utama bisa memakan waktu cukup lama," katanya.
Selama ini, panggung THR Sriwedari menjadi alternatif tontonan bagi masyarakat yang mencari hiburan. Berbagai jenis aliran musik dipentaskan di sana setiap malamnya.
Para penggemar lagu-lagu Koes Plus selalu memadati THR Sriwedari setiap Senin dan Kamis malam. Penggemar dangdut serta campursari dipuaskan pada Rabu, Sabtu dan Minggu malam. Sedangkan tembang kenangan selalu dijadwalkan pada Jumat malam.
"Kami harap pekan depan panggung darurat bisa terpasang," katanya. Untuk sementara, pihaknya harus meliburkan pementasan musik hingga panggung darurat selesai dipasang. Menurut Zaffrid, pihaknya menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat kejadian itu.
