TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah mempertanyakan kesimpulan Amerika yang meragukan kemampuan Indonesia dalam menangani insiden Timika. Sebab hingga kini Indonesia masih bekerjasama dengan Amerika dalam mengungkap insiden yang terjadi 31 Agustus 2002 lalu. Kok sudah disimpulkan hasilnya tidak baik atau kurang memadai. Justru saya sedang mempertanyakannya, kata Menteri Koordinator Bidang Politik Dan Keamanan, Susilo Bambang Yudoyono di Jakarta, Senin (21/7) sore.
TNI dan Polri bekerjasama dengan FBI. Namun sebagai tuan rumah, pengelola dan pengatur investagi itu tetap berada di tangan Kepolisian Indonesia.Ini sedang berjalan, kata Susilo.
Satu langkah politik yang dramatis ini akan mengganggu hubungan bilateral kedua negara. Inilah yang terjadi sekarang, katanya. Menurut Susilo, ada kerjasama investigasi antar kedua negara. Tapi hal ini tidak perlu dikemukakan di media secara besar-besaran. Kan ada mekanisme kerjasama TNI, FBI, dan Polri, ujarnya. Hal ini perlu diolah dengan baik dan disimpulkan secara bersama-sama. Langkah yang ditempuh nantinya bisa lebih dipertangungjawabkan.
Insiden Timika yang merenggut korban dua warga Amerika Serikat,Rick Spier dan Ted Burgon tidak ada yang merencanakan. Investigasi yang dilakukan pun belum selesai. Menurut Susilo, karena hingga kini belum ditemukannya pelaku.
Amerika menilai Indonesia tidak mampu menangani Insiden Timika. Sehingga Kongres Amerika menunda bantuan International Military Education and Training (IMET). Dana sebesar kurang lebih US $ 1 juta ini diambil dari anggaran Kementrian Luar Negeri AS. Hingga kini belum ada penjelasan dari pemerintah Amerika Serikat, baik langsung dari Washington maupun oleh duta besarnya di Indonesia. Amerika Serikat belum memberikan tanggapan mengenai langkah politik yang akan ditempuh.(Agriceli - TNR)