Kemenlu: Negosiasi Diyat Satinah Belum Selesai  

Reporter

Selasa, 1 April 2014 16:51 WIB

Aktivis perempuan membawa foto Satinah saat melakukan aksi penggalangan dana untuk TKW yang terancam hukuman pancung ini di Jalan Pahlawan, Semarang (28/3). TEMPO/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, menyatakan negosiasi besaran diyat bagi Satinah binti Jumadi Ahmad, tenaga kerja Indonesia yang terancam hukuman pancung di Arab Saudi, belum selesai. Michael mengklaim hingga saat ini belum ada kesepakatan antara pemerintah dan keluarga korban di Arab Saudi. (Baca: Di Luar Satinah, 5 TKI Bebas tanpa Diyat).

"Belum bisa dipastikan karena pembahasan masih berlangsung. Tim negosiasi belum kembali," kata Michael saat dihubungi, Senin, 31 Maret 2014.

Michael juga enggan berkomentar perihal beredarnya kabar telah berhasilnya negosiasi besaran diyat sebesar Rp 15 miliar. Ia juga enggan mengkonfirmasi bahwa besaran diyat tersebut adalah skema yang diusung pemerintah berdasarkan rapat kabinet di bawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Tim sudah berangkat pekan lalu, diketuai Maftuh Basyuni (mantan Menteri Agama)," kata Michael.

Tim ini, menurut dia, sedang bernegosiasi untuk mendapatkan persetujuan keluarga korban, termasuk penurunan diyat dari Rp 21 miliar. "Intinya memang kita mengajukan tawaran pemerintah ke keluarga korban di sana. (Baca: Pembayaran Diyat Dianggap Contoh yang Buruk).

Satinah diharuskan membayar diyat untuk terhindar dari hukuman pancung dari Pengadilan Arab Saudi dengan batas waktu 3 April mendatang. Ia sebelumnya bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di Al Gaseem, Arab Saudi. Satinah dihukum atas pembunuhan dan pencurian barang majikannya, Nura Al Garib pada 2007.

Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Gatot Abdullah Mansyur mengatakan kemungkinan pengurangan diyat atau uang darah bagi Satinah masih belum pasti. Pasalnya, pengurangan diyat itu masih dalam bentuk formula yang akan dinegosiasikan oleh tim yang saat ini tengah berada di Arab Saudi, yang dipimpin oleh Maftuh Basyuni. "Belum ada keputusan resmi. Itu (pengurangan diyat) salah satu formula yang kita inginkan," kata Gatot saat dihubungi, Senin, 31 Maret 2014.

Sama halnya dengan perpanjangan masa pembayaran diyat hingga dua tahun. Gatot mengatakan hal itu masih diusahakan oleh tim pelobi yang terdiri dari perwakilan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Tim akan terus melobi ahli waris majikan Satinah sampai waktu yang tidak dibatasi.

FRANSISCO ROSARIANS | APRILIANI GITA FITRIA













Berita Lainnya:
Alam Bawah Sadar Mendeteksi Kebohongan
Belasan Ribu Relawan Siap Perangi Money Politic
Temui Demonstran, Jokowi: Biar Cepat Pulang
Putin Tarik Pasukan Rusia dari Crimea
Ingin Kaya, Pria Ini Umpankan Testisnya ke Hyena



Advertising
Advertising

Berita terkait

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

19 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

2 hari lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

2 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

4 hari lalu

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

Taiwan kembali diguncang gempa bumi sampai dua kali pada Sabtu, 26 April 2024. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah ini

Baca Selengkapnya

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

4 hari lalu

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

4 hari lalu

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

Sebanyak 23 individu mendapat Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award karena telah berjasa dalam upaya pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

10 hari lalu

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

11 hari lalu

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

Kementerian Luar Negeri RI menyoroti gagalnya PBB mensahkan keanggotaan penuh Palestina.

Baca Selengkapnya

Menteri Luar Negeri Rusia dan Iran Disebut Saling Kontak Sehari sebelum Serangan Ke Israel

14 hari lalu

Menteri Luar Negeri Rusia dan Iran Disebut Saling Kontak Sehari sebelum Serangan Ke Israel

Sergey Lavrov terhubung dalam percakapan telepon dengan Iran Hossein Amirabdollahian sebelum serangan membahas situasi di Timur Tengah

Baca Selengkapnya

Reaksi Pemimpin Dunia Terbelah soal Serangan Iran Ke Israel

14 hari lalu

Reaksi Pemimpin Dunia Terbelah soal Serangan Iran Ke Israel

Serangan Iran ke Israel menuai respon berbeda para pemimpin dunia.

Baca Selengkapnya