Gumpalan asap mengepul dari kebakaran di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau (6/3). Satgas Tanggap Darurat Bencana Asap Riau mengerahkan ribuan personel darat dan delapan pesawat untuk percepat pemadaman kebakaran guna menghindari kemungkinan terburuk perubahan arah angin yang bisa membawa asap ke Singapura dan Malaysia. ANTARA/FB Anggoro
TEMPO.CO, Pekanbaru - Gubernur Riau Annas Maamun tidak senang akan pemberitaan kabut asap Riau. Dia menuding media kerap membuat berita bohong. Terlebih saat Annas menjadi sorotan ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kecewa atas ketidakhadirannya dalam telekonferensi terkait dengan laporan kabut asap. (Baca: SBY Kecewa Gubernur Riau Tak Ikut Telekonferensi)
Annas Maamun menyampaikan kekesalannya dalam ekspose pelaku perambahan hutan di Posko Penanggulangan Bencana Asap di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin. Dia memarahi wartawan dengan mengatakan wartawan menulis berita bohong.
"Saya kesal dengan wartawan, menulis saya dimarahi Presiden, mana ada saya dimarahi Presiden, jangan buat berita bohong," katanya, di hadapan banyak wartawan, Kamis, 20 Maret 2014. (Baca juga: Diskusi Soal Asap, Gubernur Riau 'Hilang' Lagi)
Pernyataan Annas Maamun membuat wartawan berang. Wartawan menilai Annas Maamun tidak memahami kode etik jurnalistik dalam menyikapi pemberitaan. "Jika Bapak tidak senang dengan pemberitaan, ada mekanisme yang harus dilalui, bukan memarahi wartawan seperti ini," ujar Ketua Solidaritas Wartawan Riau, Syahnan Rangkuti.
Pernyataan Syahnan dibalas Annas dengan nada ketus. Annas malah membentak wartawan seraya meminta wartawan diam. "Saya tahu itu, sebaiknya kalian diam. Kalau tidak diam, saya yang diam," ujar Annas. Perdebatan antara wartawan dan Annas Maamun berujung pada pengusiran wartawan oleh petugas. Secara bersama-sama wartawan menyatakan memboikot pemberitaan posko bencana asap.