Gunung Slamet Tak Pernah Memuntahkan Awan Panas  

Reporter

Kamis, 13 Maret 2014 15:40 WIB

Gunung Slamet menyemburkan material vulkanik (13/3). ANTARA/Oky Lukmansyah

TEMPO.CO, Pemalang - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Muhammad Hendrasto mengatakan, dari sekian banyak gunung api di Indonesia, Gunung Slamet termasuk gunung yang bersifat jinak. "Dalam sejarah yang tercatat, erupsi Gunung Slamet hanya (memuntahkan) abu saja, tidak sampai awan panas," ujarnya kepada Tempo, Kamis, 13 Maret 2014.

Hendrasto mengatakan sejarah erupsi Gunung Slamet baru tercatat sejak tahun 1600-an. Dalam rentang waktu 400 tahun itu, erupsi Gunung Slamet hanya didominasi letusan abu. Sisanya hanya peningkatan aktivitas (dari status normal, waspada, sampai siaga). Hingga kini, belum ada sejarah yang mengisahkan ihwal warga di lereng Gunung Slamet yang mengungsi saat terjadi erupsi.

Sebelum tercatat dalam sejarah, kata dia, erupsi Gunung Slamet pernah memuntahkan awan panas dalam rentang waktu ribuan tahun lalu. Munculnya awan panas termasuk dalam serangkaian proses pembentukan gunung berapi. "Sama dengan Krakatau yang sejarahnya sampai menimbulkan tsunami," ujarnya.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sudrajat mengatakan sejarah erupsi Gunung Slamet baru tercatat pada masa kolonial Belanda. "Memang tidak ada sejarah tertulis yang mengisahkan ihwal erupsi yang memuntahkan awan panas hingga lava," kata Sudrajat kepada Tempo. (baca: Hujan Abu Mulai Turun di Lereng Gunung Slamet)

Namun, kata Sudrajat, bukti adanya luncuran awan panas dan aliran lava dari kawah mudah ditemukan di lereng gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu. Salah satunya adalah banyaknya batu karst di Kecamatan Bojong dan sekitarnya. "Batu karst itu hasil pembusukan awan panas," ujarnya.

Adapun bukti bekas aliran lava dari kawah Gunung Slamet bisa dilihat pada banyaknya batu-batu berukuran besar berupa lempengan halus. Halusnya batu-batu di aliran sungai berhulu di Gunung Slamet itu akibat tergerus air selama ribuan tahun. "Kalau tidak terkena air, permukaannya agak kasar, berbintik-bintik," kata Sudrajat.

Meski belum ada sejarah yang mencatat kengerian akibat erupsinya, Hendrasto mengimbau warga untuk tidak menyepelekan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu. "Karena alam tidak bisa diterka bagaimana maunya," kata Hendrasto. Dia mencontohkan, erupsi Merapi pada 2010 lalu sampai memakan korban karena banyak yang beranggapan gunung itu tidak berbahaya.

DINDA LEO LISTY


Berita Terpopuler
Mega Bawa Jokowi ke Makam Bung Karno
Di KPK, Ruhut Ungkap Aset Anas di PT Panahatan
Ditanya Sutan, Ruhut: Tanya pada Rumput Bergoyang
Kikuk Ikut Mega, Jokowi Salah Masuk Mobil
Nyekar Bung Karno, Jokowi Absen Makan dengan SBY

Berita terkait

AHY Tinjau Lahan untuk Relokasi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang, Pastikan Administrasi Tak Bermasalah

16 hari lalu

AHY Tinjau Lahan untuk Relokasi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang, Pastikan Administrasi Tak Bermasalah

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY berangkat ke Bandara Gorontalo, Sulawesi Utara pada Ahad dini hari, 5 Mei 2024. AHY akan mengunjungi calon lahan relokasi warga pengungsi yang terdampak semburan abu vulkanik Gunung Ruang, Tagulandang, Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

3 Perbedaan Gunung Ruang dan Gunung Raung

25 hari lalu

3 Perbedaan Gunung Ruang dan Gunung Raung

Dengan perbedaan signifikan dalam lokasi, aktivitas vulkanik, dan dampak lingkungan, Gunung Ruang dan Gunung Raung menunjukkan perbedaannya.

Baca Selengkapnya

Sekilas Nama Mirip, Jangan Salah Bedakan Gunung Ruang dan Gunung Raung

26 hari lalu

Sekilas Nama Mirip, Jangan Salah Bedakan Gunung Ruang dan Gunung Raung

Gunung Ruang dan Gunung Raung, meskipun memiliki nama yang mirip merupakan dua gunung berapi yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

30 hari lalu

Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

Penutupan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara diperpanjang hingga Senin, 22 April 2024 akibat erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Seluruh Penerbangan Wings Air Ternate-Manado Tidak Dioperasikan

33 hari lalu

Seluruh Penerbangan Wings Air Ternate-Manado Tidak Dioperasikan

Seluruh aktivitas penerbangan pesawat Wings Air rute Ternate - Manado PP pada Kamis tidak dioperasikan pasca Gunung Raung erupsi.

Baca Selengkapnya

Perkebunan Glenmore, Secuil Jejak Skotlandia di Ujung Timur Jawa

31 Desember 2022

Perkebunan Glenmore, Secuil Jejak Skotlandia di Ujung Timur Jawa

Perkebunan Glenmore tempat mereka bekerja itu berada di Desa Margomulyo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.

Baca Selengkapnya

Beji Antaboga, Wisata Religi 5 Agama di Kaki Gunung Raung

22 Desember 2022

Beji Antaboga, Wisata Religi 5 Agama di Kaki Gunung Raung

Beji Antaboga dapat ditempuh dua jam perjalanan dari pusat Kota Banyuwangi.

Baca Selengkapnya

Status Gunung Raung Naik Jadi Waspada, Ini Penjelasan Bahayanya

29 Juli 2022

Status Gunung Raung Naik Jadi Waspada, Ini Penjelasan Bahayanya

Badan Geologi akhirnya menaikkan status aktivitas Gunung Raung di Jawa Timur dari Normal menjadi Waspada hari ini, Jumat 29 Juli 2022.

Baca Selengkapnya

Berstatus Normal, Gunung Raung Tiba-tiba Erupsi

28 Juli 2022

Berstatus Normal, Gunung Raung Tiba-tiba Erupsi

Erupsi Gunung Raung bukan disebabkan aktivitas pergerakan magma.

Baca Selengkapnya

5 Destinasi Wisata ini Kerap Jadi Spot Olahraga Paralayang

13 Juni 2022

5 Destinasi Wisata ini Kerap Jadi Spot Olahraga Paralayang

Lima destinasi wisata alam ini sering menjadi lokasi olahraga paralayang. Di mana saja?

Baca Selengkapnya