Anas Sering Dapat 'Ucapan Terima Kasih'  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Senin, 10 Maret 2014 12:15 WIB

Anas Urbaningrum. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Handika Honggowongso, mengatakan kliennya memperoleh aset-aset dengan uang dari sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut Handika, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyangka Anas melakukan pencucian uang karena hanya membandingkan profil penghasilan Anas sebagai penyelenggara negara dengan aset-aset yang dimiliki Anas.

"Salah kalau KPK hanya menggunakan indikator penghasilan, tidak melihat fakta-fakta empirik bagaimana aset-aset ini diperoleh. Metode ini sangat berbahaya," kata Handika ketika dihubungi Tempo, Senin, 10 Maret 2014.

Handika mengatakan penghasilan Anas tak hanya gaji sebagai penyelenggara negara. Menurut dia, ada sumber penerimaan lain yang tak dianalisis oleh penyidik. Salah satunya menurut Handika adalah "ucapan terima kasih" dari para kader partai saat Anas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Selanjutnya: pemberian halal


"Waktu menjabat ketua umum partai, setiap ada calon yang menang pilkada kalau ketemu Mas Anas memberi ucapan terima kasih. Waktu Mas Anas ketua kan banyak yang menang. Bayangkan saja dalam setahun ada berapa banyak pilkada," kata Handika.

Handika mengatakan Anas tak melanggar undang-undang apa pun meski menerima uang ucapan terima kasih dari para kepala daerah yang diusung Partai Demokrat. Soalnya, menurut Handika, saat menjabat Ketua Umum Partai Demokrat, Anas tak lagi menjabat sebagai anggota DPR.

"Kalau dari perspektif kami halal karena dia sudah mundur dari DPR. Tidak ada aturan melarang ketua partai mendapat ucapan terima kasih seperti itu. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi juga tidak melarang," kata Handika.

Handika mengatakan pihaknya terbuka kepada Komisi Pemberantasan Korupsi jika Komisi ingin memeriksa semua aset bekas Ketua Umum Partai Demokrat ini sejak 2002. Namun, pengacara meminta KPK menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak merekayasa kaitan aset-aset milik Anas dengan sangkaan tindak pidana pencucian uang. "Janganlah negara merampas hak sebagai warga negara supaya bisa melegitimasi dugaan pencucian uang yang disangkakan KPK ini," kata Handika.

Sejak 5 Maret 2014, Anas menjadi tersangka dalam dugaan tindak pidana pencucian uang. KPK mengenakan Pasal 3 dan atau Pasal 4 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 3 ayat 1, Pasal 6 ayat 1, UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP.

Terkait sangkaan ini, KPK mengumumkan telah menyita sejumlah aset berupa tanah dan bangunan di Jakarta dan Yogyakarta. Aset-aset yang telah disita ini atas nama K.H. Attabik Ali, mertua Anas dan Dina Az, saudara ipar Anas.

BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE

Topik terhangat:
Ade Sara | Malaysia Airlines | Kasus Century | Jokowi | Anas Urbaningrum


Berita terpopuler lainnya:
Ada 'Eks Tim Sukses Jokowi' Bermain di Busway Karatan?
5 Akal Bulus Dua Sejoli Pembunuh Ade Sara
Ruhut Bertaruh: Jokowi Enggak Bakal Capres!

Berita terkait

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

7 jam lalu

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

Wakil KPK Nurul Ghufron menilai dirinya menggugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta bukan bentuk perlawanan, melainkan pembelaan diri.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

7 jam lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

9 jam lalu

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.

Baca Selengkapnya

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

9 jam lalu

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

KPK menyita kantor Partai NasDem di Labuhanbatu, Sumatera Utara, dalam perkara korupsi yang menjerat Bupati Erik Atrada Ritonga.

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

10 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Sidang SYL: Duit Kementerian Dipakai Buat Sunatan, Bangun Kafe, hingga Cicil Alphard

13 jam lalu

Fakta-Fakta Sidang SYL: Duit Kementerian Dipakai Buat Sunatan, Bangun Kafe, hingga Cicil Alphard

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo alias SYL acapkali menggunakan uang Kementan untuk keperluan pribadi.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Tunda Sidang Etik Dua Pekan karena Nurul Ghufron Tak Hadir

16 jam lalu

Dewas KPK Tunda Sidang Etik Dua Pekan karena Nurul Ghufron Tak Hadir

Dewas KPK menunda sidang etik dengan terlapor Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

18 jam lalu

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

Penyidik KPK menggeledah kantor Sekretariat Jenderal DPR atas kasus dugaan korupsi oleh Sekjen DPR, Indra Iskandar. Ini profil dan kasusnya.

Baca Selengkapnya

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

1 hari lalu

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

Gugatan praperadilan Bupati Sidoarjo itu akan dilaksanakan di ruang sidang 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pukul 09.00.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

1 hari lalu

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.

Baca Selengkapnya