Gunung Merapi saat cuaca cerah diambil dari Bukit Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, (28/12). Wisatawan yang datang untuk melihat sisa erupsi Gunung Merapi tahun 2010 meningkat tiga kali lipat pada musim libur akhir tahun. ANTARA/Noveradika
TEMPO.CO, Klaten - Warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang tinggal di lereng Gunung Merapi dikejutkan oleh hujan abu vulkanis, Senin pagi, 10 Maret 2014. Diduga hujan abu itu disebabkan oleh letupan kecil salah satu gunung teraktif di dunia tersebut. Camat Kemalang, Bambang Haryoko, menyebutkan hujan abu melanda dua desa di lereng Merapi, yaitu Desa Balerante dan Sidorejo. "Abu turun sekitar pukul 07.00 WIB," katanya.
Pagi ini angin di puncak Merapi bertiup ke timur, atau ke arah Klaten. Untungnya, tidak lama kemudian angin berbalik arah. "Selain itu juga disusul dengan hujan yang lumayan deras," katanya. Sebelum terjadi hujan abu, warga setempat memang beberapa kali mendengar suara gemuruh dari arah Gunung Merapi. "Namun kami belum tahu suara itu disebabkan oleh aktifitas perut bumi ataukah guguran material."
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Klaten Sri Winoto mengaku telah berkoordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyangkut fenomena alam itu. "Terjadi letupan kecil di Gunung Merapi," katanya.
Letupan itu menimbulkan asap hitam yang membawa material debu setinggi 1.500 meter. Menurutnya, angin di Merapi telah mengarah ke barat daya. BPBD Klaten saat ini telah menerjunkan tim pemantau ke sejumlah desa. "Kami juga meminta masyarakat menggunakan masker apabila diperlukan."