Demonstarsi penyerbuan anggota Komando Pasukan Katak TNI AL dalam Upacara HUT Kopaska ke-44 di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta, pada April 2006. Dok. TEMPO/Bismo Agung
TEMPO.CO , Jakarta: Pengamat militer dari Universitas Pertahanan Indonesia Anton Ali Abbas tak yakin jika sabotase menjadi penyebab utama gudang senjata dan amunisi milik Komando Pasukan Katak TNI AL, Pondok Dayung, Jakarta Utara, meledak Rabu 5 Maret 2014. Dia beralasan pengamanan sebuah gudang senjata dan amunisi milik TNI sangat ketat. (Baca:Kopaska, Pasukan Elite Pemilik Gudang yang Meledak)
Menurut Anton, gudang senjata dan amunisi selalu dijaga oleh prajurit selama 24 jam 'non-stop'. Sangat tak masuk akal jika ada pihak di luar militer bakal bisa leluasa masuk ke dalam gudang. "Untuk sesama anggota (TNI) saja tak sembarangan bisa masuk," kata dia.
Anton menambahkan, senjata dan amunisi merupakan hal yang sangat vital bagi tentara. Sebagai contoh, jika senjata seorang prajurit hilang dalam sebuah operasi, maka sangat fatal konsekuensinya. Pengajar di Universitas Pertahanan Indonesia ini menduga usia amunisi yang tua bisa menjadi penyebab ledakan. Sebab, amunisi, mortir, dan bom tua menjadi sangat rentan terpicu ledakan.
"Tapi belum tahu penyebab pastinya," kata dia. "Sebaiknya tunggu kepastian tim investigasi Angkatan Laut."
Adaoun 87 orang menjadi korban dalam ledakan tersebut, satu di antaranya meninggal. Mereka dievakuasi ke rumah sakit terdekat, hampir semuanya adalah personel Komando Pasukan Katak Koarmabar TNI AL. Salah satu rumah sakit yang dituju adalah RS TNI AL Mintohardjo, Jakarta Pusat. (Baca: Pesan Terakhir Sertu Imam, Korban Gudang Amunisi)