Gua Lumpur Lava Gunung Api Ditemukan di Persawahan

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Jumat, 28 Februari 2014 19:34 WIB

Petani menemukan sebuah gua lumpur di areal persawahan Desa Karangreja Kecamatan Karangreja Purbalingga (28/2). Gua tersebut diyakini sebagai akibat lelehan lava Gunung Slamet jutaan tahun lalu. (Aris Andrianto/Tempo)

TEMPO.CO, Purbalingga - Masyarakat Desa Karangreja, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, menemukan gua berlumpur dari lava gunung berapi yang mengeras ratusan tahun silam. Gua itu berada di area persawahan bengkok kepala desa. Lokasi penemuan gua berjarak sekitar 3 kilometer dari Gua Lawa di Desa Siwarak, Karangreja. “Lubang gua sisi kiri masih dipenuhi lumpur. Kemungkinan ketebalan lumpur sekitar dua meter,” ujar Sarif Priyatno, warga setempat, saat hendak mengambil batu di tengah sawah, Jumat, 28 Februari 2014.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Purbalingga Prayitno menyatakan batuan di gua itu sama dengan batuan di Gua Lawa. “Kemungkinan di wilayah sisi timur Gunung Slamet, termasuk di wilayah Karangreja, terdapat lava yang mengeras dan di dalamnya berlubang, membentuk gua. Hal ini seperti saat ditemukan Gua Lawa pada sekitar 1970-an,” ujar Prayitno.

Dia menjelaskan, gua itu terbentuk akibat lava yang membeku. Proses ini terkait dengan proses aliran magma yang encer dan panas membara yang keluar dari kawah gunung api. Magma yang keluar dari kawah akan mengalir di permukaan, menuruni lembah sebagai aliran lava. “Tentu saja aliran lava ini masih sangat panas membara dalam suhu sekitar 1.000 derajat Celsius,” ujarnya. Ketika keluar, lava tersebut bersinggungan dengan suhu udara normal sehingga mulai membeku.

Bagian yang membeku dan mengeras lebih dulu adalah bagian permukaan, sementara bagian dalam masih bisa mengalir ke arah lereng bagian bawah. Maka, ketika seluruh bahan lava yang masih mengalir di bagian dalam keluar di lereng bawah, akan menyisakan lubang yang dibatasi oleh lapisan lava yang mengeras lebih dahulu di permukaan. “Lubang ini yang akhirnya disebut sebagai gua. Sama halnya ketika proses terjadinya Gua Lawa,” kata Prayitno.

Menurut dia, masih membutuhkan waktu panjang untuk menjadikan gua baru itu sebagai tempat wisata seperti Gua Lawa. “Tahap awal, perlu dipetakan dahulu kondisi gua itu,” kata Prayitno. Saat ditemukan pada 1970-an, Gua Lawa juga masih tertutup lumpur. Ketika itu belum terpikirkan gua bakal dijadikan obyek wisata.

ARIS ANDRIANTO

Berita terkait

3 Perbedaan Gunung Ruang dan Gunung Raung

6 hari lalu

3 Perbedaan Gunung Ruang dan Gunung Raung

Dengan perbedaan signifikan dalam lokasi, aktivitas vulkanik, dan dampak lingkungan, Gunung Ruang dan Gunung Raung menunjukkan perbedaannya.

Baca Selengkapnya

Sekilas Nama Mirip, Jangan Salah Bedakan Gunung Ruang dan Gunung Raung

7 hari lalu

Sekilas Nama Mirip, Jangan Salah Bedakan Gunung Ruang dan Gunung Raung

Gunung Ruang dan Gunung Raung, meskipun memiliki nama yang mirip merupakan dua gunung berapi yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

11 hari lalu

Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

Penutupan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara diperpanjang hingga Senin, 22 April 2024 akibat erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Seluruh Penerbangan Wings Air Ternate-Manado Tidak Dioperasikan

14 hari lalu

Seluruh Penerbangan Wings Air Ternate-Manado Tidak Dioperasikan

Seluruh aktivitas penerbangan pesawat Wings Air rute Ternate - Manado PP pada Kamis tidak dioperasikan pasca Gunung Raung erupsi.

Baca Selengkapnya

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

51 hari lalu

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

Sidang parlemen "Dua Sesi" Cina resmi ditutup dengan hasil akhir menyepakati anggaran pemerintah pusat dan daerah periode 2024, menerima laporan kerja

Baca Selengkapnya

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

26 Februari 2024

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

Penyaluran beras SPHP dimaksimalkan sebanyak 200 ribu ton per bulan untuk periode Januari-Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

23 Februari 2024

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

Ketua IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, pemerintah daerah berperan untuk pemerataan dokter spesialis

Baca Selengkapnya

Pajak Hiburan 75 Persen Diatur dalam UU HKPD, Kemenkeu: untuk Kemandirian Daerah

17 Januari 2024

Pajak Hiburan 75 Persen Diatur dalam UU HKPD, Kemenkeu: untuk Kemandirian Daerah

Pajak hiburan termaktub dalam UU HKPD untuk penguatan pajak daerah, dan mendukung agar daerah bisa lebih mandiri.

Baca Selengkapnya

Warga 1 Desa Dekat Gunung Lewotobi Diminta Mengungsi, Ada Sinar Api

10 Januari 2024

Warga 1 Desa Dekat Gunung Lewotobi Diminta Mengungsi, Ada Sinar Api

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT dari Level III atau Siaga jadi Level IV.

Baca Selengkapnya

Kepala Bapanas Minta Pemerintah Daerah Gencarkan Program Ketahanan Pangan

19 November 2023

Kepala Bapanas Minta Pemerintah Daerah Gencarkan Program Ketahanan Pangan

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi meminta seluruh pemerintah daerah menggencarkan berbagai program ketahanan pangan.

Baca Selengkapnya