Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, 1973. Pada kunjungan tersebut, Lee Kuan Yew menaburkan bunga ke makam Usman dan Harun. Dok. TEMPO/Syahrir Wahab
TEMPO.CO , Jakarta--Mantan Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta memiliki beragam alasan agar sumpahnya untuk tidak menginjakan kaki di Singapura tidak dilanggarnya. Sumpah itu sebagai bentuk kekecewaannya ke pemerintah Singapura yang menghukum mati Usman dan Harun.(baca:Usman-Harun Digantung, Bung Hatta Bersumpah)
Sejarawan Lembaga Ilmu Pendidikan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengungkapkan Hatta kerap mendapatkan undangan ke Singapura pasca hukuman mati Usman dan Harun. Namun dia selalu menolaknya.
"Alasannya karena kesehatan," kata Asvi ketika dihubungi Tempo, Kamis 13 Februari 2014. Asvi berpendapat apa yang dilakukan Hatta begitu bijaksana dan strategis. Dia pun mempertahankan sumpah itu sampai akhir hayatnya.(baca:Tjokropranolo Temui Usman-Harun Sebelum Digantung)
Usman dan Harun digantung karena aksi pengeboman yang dilakukan keduanya di MacDonald House Orchad Road pada Maret 1965. Dalam pengeboman itu, tiga orang tewas. Mereka digantung pada 17 Oktober 1968.(baca: Bagaimana Upaya Terakhir RI Bebaskan Usman-Harun?)
Angkatan Laut Indonesia akan menamakan kapal perangnya dengan KRI Usman Harun. Itu sebagai bentuk penghormatan atas aksi patriotisme mereka. Namun, pemerintah Singapura tidak setuju dengan rencana tersebut.
Menteri Luar Negeri Singapura K. Shanmugam menyampaikan keberatannya kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Menurut Shanmugam, penamaan itu akan melukai perasaan rakyat Singapura, terutama keluarga korban.