Petugas mengikat dan menyegel sekoci penyelamat berwarna oranye yang digunakan Australia untuk mengirim kembali imigran gelap ke Indonesia di Pantai Timur Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat (7/2). 34 imigran asal Iran, Pakistan, dan Bangladesh yang berada dalam sekoci berhasil diamankan petugas saat terdampar di Pangandaran. TEMPO/Prima Mulia
Dalam rekaman terlihat sekoci ditarik kapal Custom dan dikawal satu kapal perang yang berada di kanan sekoci. Di sisi kiri sekoci ada satu perahu kecil sejenis perahu karet. "Kami ditarik kapal Australia. Kami dikawal dua kapal besar dan dua perahu kecil," kata Babakh, imigran Iran yang merekam saat sekoci ditarik kapal Australia dan kondisi di dalam sekoci, ketika ditemui di Hotel Linggajaya, Kota Tasikmalaya, Sabtu, 8 Februari 2014.
Setelah berada di tengah laut, kata dia, sekoci mereka dilepas oleh kapal Australia. Kemudi sekoci lalu diambil alih warga Indonesia hingga mereka terdampar di Pantai Barat Pangandaran, Rabu malam, 5 Februari 2014.
Arash, imigran Iran lainnya, mengatakan sebelum dibawa masuk ke dalam sekoci, mereka dimasukkan ke sebuah ruangan di kapal Custom Australia. Di atas kapal Australia, imigran mendapat kekerasan dari polisi Australia. "Polisi bilang jangan bergerak, semua duduk, diam, diam!'" katanya.
Kepada polisi Australia, Arash sempat memohon diberlakukan hak asasi manusia (HAM). Namun polisi Australia mengatakan tidak ada HAM di Australia. "Dia bilang, 'No human risk, back to Indonesia," ucapnya menirukan perkataan polisi Australia.
Ketika anak-anak menangis karena lapar, Arash mengatakan polisi Australia malah memarahi ibu anak tersebut. Bahkan dia sempat melihat ada dua imigran yang dipukul dan diinjak-injak polisi Australia. "Mereka tidak kembali, mungkin tewas," ujarnya.