TEMPO Interaktif, Banda Aceh: Keberadaan militer Australia di Aceh tidak bisa dipastikan untuk berapa lama. ?Disesuaikan dengan kebutuhan di Aceh,? ujar Menteri Pertahanan Australia, Robert Hill setiba di Lanud Iskandar Muda, Blang Bintang, Banda Aceh, Senin (17/1) siang. ?Keberadaan pasukan Australia memang berbasis tiga bulanan. Tetapi akan kami rotasi,? kata Robert Hill. Ini karena sebelumnya ada batasan dari Pemerintah Indonesia tentang keberadaan pasukan asing di Aceh selama tiga bulan kemudian review untuk diperpanjang atau tidak sesuai dengan kebutuhan. ?Tergantung dari kebutuhan disini,? katanya.Menurut Robert Hill, masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh pasukan Australia di Aceh. Heli Australia diperlukan untuk distribusi bantuan ke daerah-daerah di pesisir Pantai Barat. Juga rumah sakit darurat yang didirikan di Rumah Sakit Zainul Abidin. Demikian pula, penyediaan air bersih untuk warga Banda Aceh. Komandan Satgas Penanggulangan Bencana Alam Aceh Mabes TNI Mayjen Bambang Darmono mengakui pentingnya keberadaan pasukan Australia di Aceh. Dia menyebut keberadaan pasukan Australia di rumah sakit, sektor media, sektor trasportasi dan pengadaan air bersih. ?Dan sekarang ini mereka bekerja membersihkan kota (Banda Aceh). Bambang mengakui bahwa Indonesia tidak memiliki peralatan yang cukup lengkap seperti yang dimiliki Australia, ujarnya. Ditanya soal kemungkinan makin eratnya hubungan militer Australia-Indonesia pascabencana gempa dan tsunami di Banda Aceh, Robert menyatakan terlalu dini untuk membicarakan hal itu. ?Sekarang ini kita semua fokus pada masalah kemanusiaan,? ujarnya. Robert menceritakan bagaimana hancurnya sebagian wilayah NAD terutama Banda Aceh dan Pantai Barat akibat gempa bumi dan tsunami. Robert Hill datang di Lanud Iskandar Muda, Banda Aceh sekitar 10.35 WIB disambut Bambang Darmono dan mengadakan konferensi pers. Purwani Dyah Prabandari?Tempo