Cuaca Buruk, Ribuan Nelayan Menganggur

Reporter

Senin, 13 Januari 2014 04:55 WIB

Hempasan ombak yang besar membuat sejumlah nelayan memlih tidak berlayar di pesisir pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Banten, (18/11). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Tegal--Ribuan anak buah kapal (ABK) di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal, menganggur hingga kini. "Karena cuaca buruk masih merundung Laut Jawa sejak awal Desember 2013," kata Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Mahmud Effendi, kepada Tempo, Ahad, 12 Januari 2014.

Mahmud mengatakan, selama hampir 1,5 bulan, ketinggian ombak di Laut Jawa berkisar tiga sampai lima meter. Walhasil, dari 800 kapal nelayan di Pelabuhan Tegalsari, 500 kapal di antaranya memilih tidak melaut. Tiap satu kapal rata-rata mempekerjakan sepuluh ABK. Sehingga ABK yang menganggur kini diperkirakan mencapai 5.000 orang.

Menurut Mahmud, ribuan ABK itu menganggur karena tidak punya mata pencarian lain selain sebagai nelayan. Selama menunggu ombak reda, para ABK itu hanya mengandalkan pinjaman uang dari juragan kapal dan para pemilik warung di kampung nelayan Tegalsari. "Kalau sudah melaut baru dilunasi (utangnya)," ujar Mahmud.

Pekan lalu, HNSI Kota Tegal telah mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah Kota Tegal untuk sekitar 5.000 nelayan yang menganggur. Bantuan yang diharapkan adalah paket beras lima kilogram untuk tiap satu nelayan. Sudah sepuluh hari permohonan itu diajukan tapi belum ada tanggapan dari Pemkot.

Karena cuaca belum bersahabat, sekitar 300 kapal nelayan yang melaut sejak Desember lalu belum kembali ke Pelabuhan Tegalsari. Kapal-kapal itu masih bertahan di pulau terdekat. "Pulau pelindung di jalur pelayaran Laut Jawa meliputi Kepulauan Karimunjawa, Bangka Belitung, Pulau Bawen, dan Kualapembuang, Kalimantan," kata Ketua Paguyuban Nelayan Kota Tegal, Eko Susanto.

Di Kabupaten Tegal, sebagian nelayan berkapal kecil asal Desa Munjungagung, Kecamatan Kramat, justru sudah melaut sejak Senin, 6 Januari. "Awak kapal kami hanya tujuh orang. Jangkauan maksimalnya tiga mil dari pantai," kata Ranito, 36 tahun, nelayan asal Munjungagung. Menurut dia, hasil tangkapan melimpah selama musim angin Barat.

Tiap hari, kapal nelayan kecil itu mampu mendaratkan satu hingga lima kuintal ikan. "Hasil lelangnya antara Rp 1,5 juta sampai Rp 5 juta. Modal sekali melaut hanya Rp 200.000," ujar Ranito. Kendati demikian, Ranito dan nelayan lain dari Desa Munjungagung tidak bisa melaut tiap hari. "Karena ombaknya juga belum menentu," ujarnya.

Data dari Stasiun Meteorologi Tegal (SMT), cuaca di pantai utara (pantura) diperkirakan hujan dengan intensitas ringan. Adapun kecepatan angin dari selatan-barat laut sekitar lima sampai 30 kilometer per jam. "Nelayan diimbau waspada terhadap awan gelap (cumulonimbus) yang dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang," kata prakirawan SMT, Laylya Isnaini.

DINDA LEO LISTY

Populer:

SBY Lebih dari Tiga Jam Rapat di Cikeas

Tottenham Bungkam Crystal Palace 2-0

Investasi Bakrie di Path Berisiko Tinggi

Bakrie Beli Path, Bagian dari Kampanye?

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

11 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

14 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

14 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

18 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

19 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

25 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

29 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

37 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

47 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

49 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya