BOM MARRIOTT
Lain lagi pemboman Hotel Marriott yang terjadi 5 Agustus 2003, dana untuk merakit bom sangat murah. Hanya Rp 5 juta dibutuhkan merakit bom yang menewaskan 12 orang. Namun, jumlah itu di luar pembelian mobil yang menjadi sarana membawa bom.
Dana diperoleh dari Gun Gun Rusman Gunawan alias Abdul Karim alias Bukhori yang diminta Hambali mengirim uang sebesar US$ 12 ribu dan US$ 50 ribu. Uang tersebut dikirim melalui beberapa kurir kepada Noor Din dalam periode Desember 2002 sampai Februari 2003.
Pelatihan Militer Aceh
Dana yang dikumpulkan juga tidak hanya untuk target pemboman. Palatihan militer pada 22 Februari 2010 juga membutuhkan dana seperti peristiwa teroris lainnya. Pelatihan terjadi Maret 2010 dilangsungkan di kawasan hutan Pegunungan Jalin, Jantho, Aceh Besar. Pelatihan Aceh merupakan awal dari pengungkapan jaringan teroris pada tahun 2010 sampai 2013.
Abdullah Sonata pada persidangan 28 Maret 2011 mengaku berposisi sebagai pemasok senjata bagi pelatihan Aceh. Sonata mendapatkan uang dari Dulmatin Rp 195 juta, dari Ubaid menerima Rp 115 juta, dan dari Abu Bakar Baasyir Rp 30 juta. Sedangkan Abu Tholut mengaku menerima Rp 100 juta dari pengusaha Abdul Haris.
Sekitar Rp 22,5 juta digunakannya untuk pembayaran satu pucuk senjata api AR 15 lengkap
dengan pelurunya. Lalu 15 juta untuk membayar satu pucuk pistol jenis automatic buatan Belgia. Abu Tholut juga menghabiskan Rp 10 juta untuk kontrakan dan Rp 20 juta dana 20 juta untuk uang muka membeli mobil Xenia. Sisanya untuk biaya hidup dirinya.
Asal dana pelatihan militer di Aceh diperoleh dari tiga orang pengusaha. Abdul Haris memberikan dana Rp 400 juta. Haryadi, yang menyumbangkan Rp 150 juta dan Syarif Usman, yang menyetor Rp 200 juta. Ketiganya sudah ditangkap Tim Densus.