Gelombang Laut Bengkulu Capai Lima Meter
Editor
Istiqomatul Hayati
Selasa, 17 Desember 2013 15:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca buruk melanda Provinsi Bengkulu hingga tiga hari ke depan. Tidak hanya diterjang badai, gelombang laut di pesisir pantai mencapai 3-5 meter. Sementara di Pulau Enggano, gelombang mencapai 5-7 meter dan 7 meter di Samudera Hindia. Kondisi ini membuat sejumlah nelayan terpaksa libur mencari ikan.
“Keadaan semakin buruk pada dua hari terakhir. Badai mengakibatkan gelombang naik. Jadi, nelayan takut melaut,” kata Eko Mahdian, 32 tahun, nelayan di Kelurahan Malabero, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu, Selasa, 17 September 2013. Ia menjelaskan, cuaca buruk telah terjadi hampir dua pekan terakhir.
Untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya selama ia tidak melaut, Eko terpaksa berutang di warung. Adapun beberapa temannya mulai mencari pekerjaan lain, seperti menjadi buruh bangunan.
Para pedagang ikan terkena getahnya lantaran nelayan tak berani melaut. "Beberapa minggu terakhir sulit mendapatkan ikan. Kalaupun ada, harganya mahal. Sekarang ikan malah benar-benar kosong," katanya.
Selama ini, Deswarni menjelaskan, meski harganya mulai naik, persediaan masih mencukupi. Namun, saat ini ikan yang ada merupakan stok lama. Ditambah harganya sudah naik hampir 50 persen.
Harga ikan jenis tongkol saja biasanya Rp 18 ribu/kg saat ini mencapai Rp 25/kg ribu, ikan teri basah Rp 10.000/kg sekarang Rp 20 ribu/kg, dan tuna Rp 18 ribu/kg naik menjadi Rp25 ribu/kg.
Sementara itu Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisikan Provinsi Bengkulu mengatakan tingginya gelombang laut dan badai yang menerpa sejak kemarin disebabkan tekanan rendah di Samudera Hindia .
"Tekanan yang rendah memacu angin kencang bertiup ke arah daratan Provinsi Bengkulu," kata forecaster BMKG Provinsi Bengkulu, Haris Syahid Hakim, Selasa, 17 Desember 2013.
Ia menambahkan kondisi ini akan berlangsung selama tiga hari ke depan. Kecepatan angin diprediksi mencapai 30-55 meter per jam. Oleh sebab itu, masyarakat--terutama nelayan--diminta waspada terhadap gelombang tinggi dan badai.
PHESI ESTER JULIKAWATI
Berita lain:
Copy Writer Mita Diran Tewas, Kantor Y&R Libur
Kasus Jaksa Praya, Kejaksaan Kalah Cepat oleh KPK
Kasus Dokter Ayu, Banyak Dokter Tak Mengerti MKDKI
Kasus Mita Diran, Kopi Bisa Jadi Teman Lembur
Kasus Kejari Praya, Bambang W. Soeharto Dicegah