Lima Penyebab Konvensi Demokrat Lesu Darah

Reporter

Editor

Anton William

Senin, 16 Desember 2013 12:28 WIB

Sebelas peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat berfoto bersama usai memperkenalkan diri kepada Para Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) se-Indonesia di Jakarta (15/9). ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei terbaru dari Cyrus Network menunjukkan tahapan konvensi calon presiden Partai Demokrat gagal mengangkat elektabilitas partai tersebut. Elektabilitas Demokrat menyusut dari 10,3 persen menjadi 6,7 persen selang Agustus-November 2013. Adapun peserta dengan elektabilitas terbaik belum sanggup menembus posisi lima besar calon terkuat.

Sejumlah pengamat politik menilai kegagalan konvensi mendongkrak elektabilitas Demokrat disebabkan permasalahan sistem dan kehadiran calon presiden dari partai lain yang lebih populer. Berikut penyebab kegagalan konvensi Demokrat.

1. Mekanisme konvensi tak meyakinkan
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Gun Gun Heryanto, menilai mekanisme konvensi belum dilembagakan ke dalam organisasi partai. Hal ini dianggap sebagai tidak adanya niat baik Demokrat dalam menjalankan konvensi. Akibatnya, publik tak percaya konvensi dijalankan dengan terbuka. "Konvensi belum ada di AD/ART Demokrat," kata Gun Gun ketika dihubungi, Senin, 16 Desember 2013.

2. Konvensi tanpa panggung
Menurut pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, peserta konvensi Demokrat tak punya cukup panggung untuk meraih popularitas. Masyarakat sedang menikmati euforia Joko Widodo. Gubernur DKI Jakarta menjadikan daerah pemerintahannya sebagai panggung untuk mengangkat popularitas. "Panggungnya Jokowi, ya, DKI Jakarta itu sendiri," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Ari Dwipayana ketika dihubungi, Senin, 16 Desember 2013.

Adapun peserta konvensi Demokrat, meski pun ada di pemerintahan, sulit menciptakan panggung. Ari mencontohkan Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang berusaha membuat panggung, namun masih belum bisa mengangkat elektabilitas dan popularitas mereka.

3. Penampilan monoton
Menurut Ari Dwipayana, peserta konvensi tidak punya daya ungkit yang besar untuk membangun pandangan positif. Ia berpendapat, publik butuh sosok pemimpin yang berbeda dari Susilo Bambang Yudhoyono yang dianggap elitis, menjaga citra, dan tidak pro-rakyat. "Figur yang muncul dari konvensi tidak berbeda dari SBY," kata Ari.

Gun Gun menilai peserta konvensi belum punya cara yang ampuh untuk menarik perhatian publik. Kegagalan peserta konvensi disebabkan tak ada ciri khas yang membuat mereka menonjol dibandingkan calon presiden lain.

4. Sentimen negatif Demokrat
Isu korupsi yang menyeret sejumlah politikus Demokrat dianggap menjadi promosi buruk untuk konvensi Demokrat. Menurut Gun Gun, kasus Hambalang dan Century menciptakan turbulensi opini publik tentang orang-orang yang berada di sekitar SBY. "Itu menghabisi pencitraan positif Demokrat," katanya.

5. Peserta tidak populer
Para peserta konvensi dianggap gagal masuk ke calon presiden papan atas. Penyebab awalnya adalah rendahnya popularitas peserta konvensi. Padahal, kata Ari, sebelum menghitung elektabilitas, tingkat popularitas seseorang tetaplah yang utama. "Mayoritas mereka tidak populer," kata Ari.

TRI ARTINING PUTRI

Terpopuler


Mikrofon Padam, SBY Tak Lagi Tegur Petugas
Elektabilitas Merosot, Demokrat Salahkan Televisi
Ditangkap KPK, Kajari Praya Langsung Diberi Sanksi
Kepala Kejaksaan Negeri Praya Ditangkap KPK
Suap Jaksa, Perusahaan Eks Anggota MPR Terseret
Kereta Api Solo-Semarang Akan Dihidupkan Lagi
Cody Walker Gantikan Kakaknya di Fast & Furious 7?
Elektabilitas Jokowi Mencapai 44 Persen
Jokowi Nasihati Pengendara: Jangan Sradak-sruduk
Akun Facebook Korban Pelonco ITN Banjir Dukungan

Berita terkait

Kalah dari AHY, Ini Jejak Pendidikan dan Karier Moeldoko Alumnus FISIP UI

10 Agustus 2023

Kalah dari AHY, Ini Jejak Pendidikan dan Karier Moeldoko Alumnus FISIP UI

rekam jejak karier dan pendidikan Moeldoko yang selalu kalah melawan kubu AHY soal pengajuan gugatan kepengurusan Partai Demokrat

Baca Selengkapnya

Anwar Hafid Raih Gelar Doktor, Tawarkan Integrasi Nilai Religius dan Kearifan Lokal

13 April 2023

Anwar Hafid Raih Gelar Doktor, Tawarkan Integrasi Nilai Religius dan Kearifan Lokal

Agama tidak hanya hadir sebagai ritualitas pada individu, akan tetapi memiliki dampak yang jauh lebih luas

Baca Selengkapnya

Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu, Jembatan Terpanjang di Indonesia

16 Januari 2023

Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu, Jembatan Terpanjang di Indonesia

Selain salah satu ikon Jawa Timur, Jembatan Suramadu juga menyambungkan hidup antara dua pulau. Simak sejarah singkat berdirinya jembatan tersebut.

Baca Selengkapnya

3 Minggu Berdiam di Studionya, SBY Hasilkan 17 Lukisan

11 Oktober 2022

3 Minggu Berdiam di Studionya, SBY Hasilkan 17 Lukisan

SBY mengungkapkan dengan melukis dapat mendatangkan kedamaian dalam hatinya sekaligus berharap dapat mengobati rasa rindu.

Baca Selengkapnya

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

22 September 2022

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

Mengapa Suciwati kecewa cara penyelesaikan kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM berat lain di era Jokowi?

Baca Selengkapnya

Proliga 2022: Begini Kata SBY Usai Saksikan Bogor LavAni Kalahkan Kudus Sukun

8 Januari 2022

Proliga 2022: Begini Kata SBY Usai Saksikan Bogor LavAni Kalahkan Kudus Sukun

SBY ikut menyaksikan kemennagan Bogor LavAni atas Kudus Sukun Badak dalam laga Proliga 2022 di Sentul, Sabtu, 8 Januari.

Baca Selengkapnya

Proliga 2022: Didirikan SBY, Bogor LavAni Diperkuat Banyak Pemain Binaan Sendiri

6 Januari 2022

Proliga 2022: Didirikan SBY, Bogor LavAni Diperkuat Banyak Pemain Binaan Sendiri

Bogor LavAni, yang didirikan SBY, bakal melakukan debut dalam kompetisi bola voli paling bergengsi PLN Mobile Proliga 2022.

Baca Selengkapnya

Ketahui Apa Saja Gejala Kanker Prostat

2 November 2021

Ketahui Apa Saja Gejala Kanker Prostat

Kanker prostat menyasar pria dewasa sampai berusia lanjut. Apa saja gejala kanker prostat?

Baca Selengkapnya

Kanker Prostat Adalah Populer Sejak Muncul Kabar SBY Akan Berobat ke Luar Negeri

2 November 2021

Kanker Prostat Adalah Populer Sejak Muncul Kabar SBY Akan Berobat ke Luar Negeri

Sejak tersiar kabar Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengidap kanker prostat, masyarakat mencari tahu kanker prostat adalah.

Baca Selengkapnya

Jelang Pilpres 2024, Beberapa Parpol Ini Potensial Jadi Rumah Ridwan Kamil

7 Oktober 2021

Jelang Pilpres 2024, Beberapa Parpol Ini Potensial Jadi Rumah Ridwan Kamil

Moncernya karier dan tingginya popularitas Ridwan membuat sejumlah partai mendekatinya. Berikut jejak kedekatan Ridwan Kamil dan sejumlah parpol

Baca Selengkapnya