Seorang kru bus ketakutan saat diambil darahnya untuk test HIV AIDS di Terminal Mangkang, Semarang (12/12). Rumah sakit Tugu dan Griya Asa melakukan test HIV AIDS kepada semua sopir, kru bus maupun pekerja di terminal tersebut.( TEMPO/Budi Purrwanto)
TEMPO.CO, Semarang - Lembaga swadaya masyarakat peduli HIV/AIDS dari Community Organizer Griya Asa Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Semarang memeriksa darah awak angkutan kota dengan cara voluntary counseling test (VCT). Kegiatan dilakukan di Terminal Mangkang untuk mengetahui penyebaran virus yang selama ini belum ditemukan obatnya.
“Tes ini untuk mengetahui perkembangan penyebaran penyakit HIV/AIDS di kalangan sopir dan awak bus Kota Semarang,” kata Anang Wahyudi, koordinator pemeriksaan HIV/AIDS Griya Asa Kota Semarang, seusai pemeriksaan di Terminal Mangkang, Kamis, 12 Desember 2013.
Petugas kesehatan Griya Asa PKBI Kota Semarang sengaja menggandeng Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang untuk mengambil sampel darah dari para awak bus. “Awak kendaraan sangat rentan mengidap penyakit ini. Apalagi di sini sangat dekat dengan lokalisasi,” kata Anang.
Banyak awak bus kota juga belum mengetahui informasi mengenai penyakit infeksi menular seksual (IMS) itu. Padahal, mobilitas mereka terkenal sangat tinggi dan sering bergonta-ganti pasangan. “Selain itu, beberapa penelitian kami menunjukkan sebagian besar sopir itu tidak menggunakan kondom saat berhubungan badan di luar pasangannya,” kata Anang.
Kondisi ini dinilai rentan terhadap penularan penyakit HIV/AIDS. Tes VCT terhadap sopir dan awak bus di Kota Semarang sangat penting lantaran selama ini PKBI baru menyasar wanita pekerja seks penghuni lokalisasi.
Sutopo, pengemudi bus Kota Mangkang-Terboyo, menyatakan siap diuji darahnya. Menurut dia, tes itu baru pertama kali. “Makanya saya tertarik mengikuti. Selain gratis, juga tahu apakah mengidap penyakit berbahaya atau tidak,” kata Sutopo.
Kendati tak pernah melakukan hubungan seks di luar nikah, meski tempat kerjanya dekat lokalisasi, dia tetap khawatir karena penularan penyakit sulit diketahui penyebabnya.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.