"Sangat disayangkan, perguruan tinggi dari kalangan terdidik justru melakukan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia," kata Koordinator Kontras Surabaya, Andy Irfan Junaedy, Selasa, 10 Desember 2013. Kontras telah menerima laporan dari Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (AMAK) yang mengadvokasi kasus Fikri sejak awal.
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ini menyerahkan beberapa bukti dan temuan dari peserta Kemah Bakti Desa (KBD) yang dilaksanakan di Gua Cina, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. "Sementara ini baru informasi sepihak dari mahasiswa," kata Andy.
Kontras, kata Andy, akan mengawal kasus kekerasan yang berujung hilangnya nyawa mahasiswa baru itu. Hingga sejauh ini belum ada investigasi yang mendalam untuk mengungkap penyebab tewasnya Fikri.
Koordinator AMAK Farid Ramdani mengharap kasus kekerasan ini tak kembali terulang. Sebab, selama ini sejumlah perguruan tinggi kerap melakukan tindakan kekerasan selama masa orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek). "Orientasi harus ilmiah dan akademik," katanya.
Aksi solidaritas ini, kata Farid, merupakan bentuk penolakan terhadap kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia. Dia meminta perguruan tinggi menunjung tinggi hak asasi manusia dan mengedepankan perilaku yang lebih bermartabat.