Sejumlah korban pelanggaran HAM. ANTARA/M Risyal Hidayat
TEMPO.CO, Yogyakarta - Grup musik Efek Rumah Kaca (ERK) mengaku pesimistis dalam sisa waktu pemerintahan hingga pertengahan 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mampu menuntaskan kasus pembunuhan pejuang hak asasi manusia (HAM), Munir Said Talib. "Saya tidak yakin (kasus pembunuhan Munir) ini tuntas di sisa pemerintahan SBY," kata Cholil Mahmud, vokalis dan gitaris ERK ketika ditemui Tempo di Yogyakarta, Sabtu petang, 7 Desember 2013.
ERK merupakan grup musik yang menaruh perhatian besar pada kasus pembunuhan Munir. Kematian Munir akibat diracun ketika sedang dalam perjalanannya menuju Belanda, 7 September 2004, membuat pentolan ERK, Cholil, sengaja menciptakan lagu berjudul Di Udara dalam album pertama ERK yang dirilis pada 2005. Lagu itu khusus didedikasikan untuk Munir dan menjadi inspirasi para pejuang HAM.
Namun, selang sembilan tahun berlalu, ketika kasus pembunuhan Munir ini masih menyisakan sejumlah kejanggalan dan tak jua terungkap dalam dua periode pemerintahan SBY, ERK kian prihatin. "Sekarang, semuanya, termasuk SBY, seperti lebih fokus ke Pemilu 2014 daripada mengurusi hal yang belum tuntas," kata Cholil. Hal itu terlihat ketika sejumlah politikus berlomba-lomba meningkatkan popularitas mereka seiring munculnya "musuh berat" dalam politik, yakni Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi.
"Popularitas dan power besar Jokowi untuk maju sebagai calon presiden, seolah membuat banyak pihak termasuk SBY dengan partainya juga terfokus untuk itu (mempertahankan kekuasaan lewat partai)," kata dia.
Untuk itu, ERK pun mengharap agar penuntasan kasus Munir tetap diperjuangkan, harus semakin banyak lagi pihak yang memberi tekanan kepada pemerintah tanpa kenal lelah.
"Harapannya, dengan semakin banyak tekanan untuk penuntasan kasus ini, energi untuk memperjuangkan kasus Munir itu agar tuntas juga tak pernah habis," kata Cholil. Tekanan yang dimaksud salah satunya dengan menularkan semangat Munir dalam perjuangan menegakkan HAM. "Dan tak berhenti mendesak jika kasus Munir masih juga belum terungkap jelas." (Baca artikel-artikel edisi Munir di sini)