Anggota delegasi beraktivitas pada hari kedua Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Badung, Bali, Rabu (4/12). ANTARA/Andika Wahyu
TEMPO.CO, Denpasar - Koordinator aktivis Solidaritas Perempuan Indonesia, Puspa Dewi, mengatakan sesungguhnya World Trade Organization (WTO) sudah di ambang kematian. Hal itu disampaikan dalam kegiatan woman assembly dengan tema "WTO Grab Women's Life", di Denpasar, Kamis, 5 Desember 2013.
"Kalau kami lihat sebenarnya WTO (baca: Aktivis Kiri Berharap KTT WTO di Bali Gagal) sudah mau mati," ujarnya. Itu ditandai dengan mulainya beberapa negara membangun hubungan bilateral untuk kerja sama perdagangan.
"Kami lihat Indonesia juga saat ini sudah banyak melakukan kerja sama langsung antarnegara dalam perdagangan," ucapnya.
Dalam kerja sama tersebut, kata dia, seharusnya pemerintah juga menyiapkan mekanisme perlindungan terhadap hak-hak perempuan dan rakyat. Sebab, selama ini di WTO, kedaulatan bangsa untuk mengatur perdagangannya sendiri.
"Kerja sama itu juga harus ada mekanisme perlindungannya. Bagaimana pemerintah men-support masyarakat agar mereka bisa hidup dan berkembang," katanya.
Dalam forum itu juga dibahas tentang berbagai permasalahan akibat kebijakan-kebijakan WTO. Menurut dia, hampir semua perjanjian besar oleh WTO langsung bersentuhan dengan kehidupan perempuan.
Unjuk rasa terus dilakukan kelompok masyarakat dan LSM mengiringi Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) yang sedang berlangsung di Nusa Dua, Bali.