TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 2.856 anak pengungsi korban letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo tetap bersekolah. Para pengungsi, mengikuti proses belajar di sekolah yang dekat dengan pengungsian. Sebelum status Gunung Sinabung dinyatakan Awas, ada 1.316 anak yang mengungsi. Namun setelahnya, bertambah sebanyak 1.540 anak.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karo, Sastra Tarigan, menyatakan, bertambahnya jumlah pengungsi diantisipasi dengan mendata jumlah anak-anak sekolah di setiap titik pos pengungsian. "Anak-anak pengungsi diusahakan tetap belajar meski harus belajar di tenda darurat atau dititipkan di sekolah-sekolah terdekat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya, Jumat, 30 November 2013.

Kondisi ini, kata Sutopo, akan berlangsung hingga status Gunung Sinabung dinyatakan kembali normal. Mereka terdiri dari 1.579 pelajar tingkat SD, 835 pelajar tingkat SMP dan 442 pelajar tingkat SMA. Kendala transportasi bagi siswa dari pos pengungsian ke sekolah akan diatasi dengan mengerahkan truk-truk TNI, Polri, BPBD, Dinas PU dan Satpol PP.

Aktivitas Gunung Sinabung masih tinggi. Menurut Sutopo, jumlah pengungsi saat ini 17.281 jiwa atau 5.813 kepala keluarga yang tersebar di 31 pos penampungan. "Saat ini asap hitam kecoklatan terus keluar setinggi 400 meter dari puncak kawah Gunung Sinabung," kata Sutopo.

Sutopo mengatakan arah angin ke barat laut ditambah 8 kali gempa frekuensi rendah dan tremor menerus dengan amplitude maksimum 8 mm. Kondisi ini sama seperti hari sebelumnya, asap kecoklatan tebal setinggi 200 meter pada 29 November. Kemarin, terjadi satu kali erupsi selama 287 detik, 13 kali gempa vulkanik, dan tremor menerus.

TRI ARTINING PUTRI