Emil Salim: Indonesia Belum Siap Hadapi Pasar Bebas
Reporter
Editor
Jumat, 17 Desember 2004 13:50 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim mengatakan perjuangan diplomasi perdagangan bebas di Indonesia hanya dilakukan oleh Departemen Luar Negeri. Para pengambil kebijakan di departemen lain belum optimal membantu perjuangan di kancah internasional. Hal tersebut diungkapkannya dalam acara seminar "Kebijakan Pembangunan Indonesia di Era Globalisasi dan Liberalisasi Perdagangan" di Hotel Shangri-La Jakarta, Jumat (17/12).Emil melihat saat ini terjadi perbedaan persepsiantara negara maju dan negara berkembang dalammenyikapi perdagangan bebas. "Negara berkembangmenginginkan perdagangan yang adil, sedangkan negaramaju menginginkan perdagangan bebas," ujarnya.Untuk itu menurut Emil yang harus pemerintah lakukanadalah menyiapkan suatu sistem pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, Indonesia memiliki semua hal untuk meningkatkan kemakmuran, tapi yang terjadi sekarang ini adalah belum dapat mengoptimalkan kekayaan tersebut. "Saat ini kita tidak mengetahui mau dibawa kemana arahpembangunan kita. Persaingan yang kita hadapi nantitidak hanya dengan negara-negara maju, tetapi juga diantara negara Asia yang akan berkembang pesat seperti Cina dan India," ujarnya.Negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailandsudah mempersiapkan diri menghadapi persaingan yangakan berlangsung di tahun 2025 nanti. Emil melihatbahwa Cina dan India tidak memiliki sumber daya alamtropis seperti Indonesia, tetapi mereka bisa menjadisalah satu raja ekonomi di Asia. "Itu karena kitatidak mempunyai rencana pembangunan jangka panjangyang berkelanjutan. Pemerintah kita sibuk dengan urusan politik saja," kata Emil.Lebih lanjut menurut Emil yang harus dilakukan olehIndonesia untuk mempersiapkan diri menghadapiperdagangan bebas yaitu dengan meningkatkan kemampuannegosiasi perdagangan untuk mengoptimalkan keuntunganbagi Indonesia. Pertama, dengan perencanaan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Kedua, mengembangkan kondisi sosial yang baik. "Kita jangan membeda-bedakan Kalimantan, Jawa atau Papua, kita harus menganggap mereka semua sebagai bangsa Indonesia,"ungkapnya. Ketiga, Indonesia harus menyelamatkan lingkungan hidup."Selama ini bangsa kita salah kaprah karena menganggapperdagangan bebas pasti akan berbenturan denganlingkungan hidup," tambah Emil.Evy Flamboyan