Angkatan Laut Australia melakukan proses evakuasi imigran gelap yang tenggelam di perairan pulau Panaitan, Pandegelang, Banten, (31/8). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Tasikmalaya - Akhir tahun atau pada November hingga Desember merupakan waktu yang paling banyak dipakai imigran gelap menyeberang dari Indonesia ke Pulau Christmas, Australia, untuk mencari suaka. Hal ini berdasarkan evaluasi yang dilakukan International Organization for Migration (IOM). "November-Desember ini paling banyak," kata Wakil Direktorat Binmas Polda Jawa Barat, Ajun Komisaris Besar Yoyoh Indayah, di Polres Tasikmalaya, Selasa, 12 November 2013.
Menurut dia, pada November-Desember ombak laut sedang besar sehingga para imigran beranggapan tidak mungkin ada yang berani melaut, apalagi menyeberang ke Pulau Christmas. Hal ini dimanfaatkan imigran untuk menyeberang. Daerah yang rawan dipakai menyeberang imigran, menurut Yoyoh, yakni Cidaun (Cianjur), Cipatujah (Tasikmalaya), Pameunpeuk (Garut), dan Pangandaran. Untuk mengantisipasi hal itu, Polda Jabar akan memperketat patroli.
Sementara Kapolres Tasikmalaya Ajun Komisaris Besar Widjonarko menambahkan, sejak Januari 2013 hingga saat ini, pihaknya menangani empat kasus penyelundupan imigran gelap ke Australia. "Total 105 imigran diamankan," katanya. Penyidik juga menetapkan delapan warga negara Indonesia (WNI) sebagai tersangka karena membantu menyelundupkan imigran gelap.
Widjonarko menyampaikan, pihaknya menghadapi sedikit kendala dalam mencegah penyelundupan imigran gelap. Kendala itu di antaranya panjangnya wilayah perairan di Kabupaten Tasikmalaya, serta kurangnya petugas. "Kami berdayakan potensi masyarakat untuk memberi informasi. Kalau ada imigran gelap, segera lapor kami," dia menjelaskan.