Tahura R. Soeryo Sering Terbakar, Sumber Air Susut

Reporter

Senin, 4 November 2013 12:16 WIB

Seorang warga menebang kayu jati setelah terjadi kebakaran di areal kawasan hutan petak 58 wilayah Kelompok Pemangku Hutan (KPH) Mojokerto di Desa Dawar Blandong, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Senin (30/7). ANTARA/Syaiful Arif

TEMPO.CO, Pasuruan - Produksi air di sumber air Puntuk Bunder, Gunung Arjuna, Jawa Timur, makin menyusut. Kebakaran yang terus berulang di kawasan Taman Hutan Raya Raden Soeryo diperkirakan menjadi penyebabnya. Semula aliran air dari mata air tersebut ditampung dalam tandon untuk kemudian dibagikan ke rumah-rumah warga kaki gunung.

Namun, semenjak pasokannya kian seret, giliran warga yang mendatangi tandon itu untuk antre air. "Setiap hari kami harus mengangsu," kata Juwariyah, penduduk Dusun Cowek, Desa Jatiarjo, Prigen, Pasuruan, Selasa pekan lalu, seperti yang ditulis dalam laporan Tempo edisi Jawa Timur pekan ini. Bersama puluhan warga lainnya, Juwariyah mengambil air untuk berwudu, memasak, mencuci pakaian, dan mandi.

Menurut Abdul Karim, perangkat Desa Jatiarjo yang bertugas sebagai ulu-ulu alias pengatur air, anjloknya pasokan air dari Puntuk Bunder terjadi sejak Taman Hutan Raya Raden Soeryo kritis akibat kebakaran. Sebab, selama ini hutan lindung seluas 27 ribu hektare itu merupakan daerah resapan air, termasuk Puntuk Bunder. "Dulu debitnya 3 liter per detik, sekarang tinggal 1 liter per detik," kata Karim.

Dalam kondisi normal, air dari Puntuk Bunder dialirkan melalui pipa-pipa berdiameter 2 inci ke tandon-tandon yang tersebar di perkampungan, termasuk Cowek. Selanjutnya, dari tandon itu, air dipasok lewat jaringan pipa Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (Hippam) Jatiarjo dari hibah pemerintah pada 2010 ke bak penampungan di rumah-rumah penduduk. "Sekarang boro-boro dialirkan ke rumah warga, untuk mengisi tandon saja susah," ujar Karim.

Kepala Sub-Bagian Tata Usaha UPT Tahura Raden Soeryo, Agustina Tangkeallo, mengatakan, dalam dua bulan terakhir, lahan yang terbakar mencapai 15 hektare. Kebakaran merata hingga masuk wilayah Pasuruan, Mojokerto, Malang, Batu, dan Jombang. Dibandingkan tahun lalu yang total terbakar 930 hektare, kebakaran tahun ini memang lebih kecil. "Namun tetap saja kerugiannya tak ternilai," kata Agustina.

Penyebab kebakaran, kata Agustina, bisa bermacam-macam. Contohnya keteledoran pendaki gunung, pembuat arang di hutan, petani yang menyiapkan lahan pertanian, orang iseng, atau pemburu satwa yang sengaja membakar hutan agar buruannya keluar.

EKO WIDIANTO | AGITA SUKMA LISTYANTI

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

9 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

17 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

42 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

46 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

47 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

47 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

47 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

48 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

52 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

59 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya