Jejak Pembantaian Lumba-lumba di Teluk Semaka

Reporter

Editor

Natalia Santi

Jumat, 25 Oktober 2013 06:06 WIB

Seorang nelayan mengkuliti seekor lumba-lumba usai ditangkap di pantai selatan Lima, Peru, (18/10). Menurut LSM Mundo Azul, sekitar 7.000 hingga 15.000 lumba-lumba dibunuh secara ilegal di Peru tiap tahunnya untuk dijadikan umpan ikan Hiu. REUTERS/NGO Mundo Azul/Stefan Austermuhle

TEMPO.CO, Lampung - Pandangan Harun Bintang, 78 tahun, nanap menatap air laut berpendar karena cahaya matahari sore pada Selasa lalu di Pantai Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. "Saya merindukan lumba-lumba memandu perahu masuk ke teluk," kata dia.

Pria asal Bugis itu menjadi orang pertama yang tinggal dan mendirikan rumah di daerah itu. Saban sore, dia masuk ke teluk dengan kapal. Satu-satunya pemandu agar kapalnya tak menghantam karang atau kandas di perairan dangkal adalah lumba-lumba yang berenang di depan, juga sisi kanan dan kiri kapal.

Namun kenangan itu sirna setelah perburuan lumba-lumba jenis moncong botol itu marak pada 1990-an hingga 1998. Nelayan dari luar daerah menjaring, menombak, dan membantai ribuan lumba-lumba di depan mulut teluk.

Perburuan lumba-lumba itu mengikuti tren pembantaian hiu yang juga marak di sekitar perairan Teluk Lampung hingga Pesisir Barat di Lampung Barat. "Cara mudah menangkap hiu ya dengan lumba-lumba sebagai umpan," kata dia.

Nelayan di perairan Teluk Semaka dan Teluk Kiluan tidak ada yang berani melarang perburuan itu. Padahal, keberadaan mamalia laut ini menjadi penanda musim ikan tongkol, lemadang, hingga marlin atau todak.

Para pemburu mamalia cerdas ini biasanya menggiring sekelompok lumba-lumba hingga tersudut dan dibantai beramai-ramai di tengah laut. "Setelah dibantai, mereka menjualnya di tengah laut kepada kapal nelayan pemburu hiu dari Jepang dan Thailand," kata dia.

Seekor lumba-lumba dibanderol dengan harga Rp 100-200 ribu. Sekali berburu, setiap perahu bisa mengangkut 20 ekor. Mereka berburu secara berkelompok hingga sepuluh perahu. "Tapi kini harus sembunyi-sembunyi," kata Sudarmadi, 50 tahun, nelayan di Telukbetung, Bandar Lampung, yang telah memburu lumba-lumba selama 20 tahun lebih.

Namun kini Sudarmadi tidak lagi masuk ke Teluk Semaka dan Teluk Kiluan untuk berburu lumba-lumba. Dia hanya menyisir perairan Lampung. "Sekali berlayar belum tentu dapat seekor pun," ujar dia. Pendapatannya kini menurun drastis sejak perburuan lumba-lumba dilarang.

NUROHMAN ARRAZIE


Topik Terhangat:
Sultan Mantu|Misteri Bunda Putri |Gatot Tersangka| Suap Akil Mochtar |Dinasti Banten

Berita Terpopuler:
Miing Bagito: Jalan Banten Rusak oleh Lamborghini
Kantor Diubek-ubek KPK, Anak Buah Airin Bungkam
Miing: Airin Pernah Audisi Figuran Bagito Show
Inilah Kantor Wawan sebagai Wali Kota Malam
Bunda Putri Sering Mengaku Alumnus Minyak ITB 75

Berita terkait

Mengenal Dingiso, Kanguru Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua

17 Januari 2024

Mengenal Dingiso, Kanguru Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua

Di Papua ada kanguru yang bentuknya mirip beruang. Alih-alih suka melompat seperti kanguru darat, dingiso lebih banyak habiskan waktu di pohon.

Baca Selengkapnya

10 Fakta Kanguru Pohon, Satwa Langka dari Papua yang Tidak Suka Melompat

17 Januari 2024

10 Fakta Kanguru Pohon, Satwa Langka dari Papua yang Tidak Suka Melompat

Tidak semua kanguru suka melompat. Di Papua ada kanguru pandai memanjat yang hidup di pohon.

Baca Selengkapnya

Raline Shah Dituding Koleksi Satwa Langka, Disamakan dengan Karakter Petualangan Sherina 2

1 November 2023

Raline Shah Dituding Koleksi Satwa Langka, Disamakan dengan Karakter Petualangan Sherina 2

Raline Shah dan keluarganya diduga memburu serta memelihara satwa langka. Netizen ramai tunjukkan bukti jejak digital.

Baca Selengkapnya

Akibat Dua Singa Berkelahi, Taman Safari Indonesia Prigen Jadi Kondang

16 Februari 2023

Akibat Dua Singa Berkelahi, Taman Safari Indonesia Prigen Jadi Kondang

Dua ekor singa berkelahi hingga menabrak sebuah mobil Yaris merah di Taman Safari Indonesia Prigen, Jawa Timur menjadi sorotan belum lama ini.

Baca Selengkapnya

Anoa Telah Ditemukan Kembali di Hutan Sulawesi, Warga Diminta Menjaga

20 Januari 2023

Anoa Telah Ditemukan Kembali di Hutan Sulawesi, Warga Diminta Menjaga

Taman Hutan Raya Sinjai pastikan keberadaan anoa setelah menghilang 20 tahun lewat kamera intai. Perlu studi lanjutan untuk hitung populasi.

Baca Selengkapnya

Jurong Bird Park di Singapura Ditutup Setelah 52 Tahun Beroperasi, 3.500 Burung Langka Direlokasi

9 Januari 2023

Jurong Bird Park di Singapura Ditutup Setelah 52 Tahun Beroperasi, 3.500 Burung Langka Direlokasi

Jurong Bird Park yang dikelola Mandai Wildlife Reserve merupakan taman burung terbesar di Asia dan melindungi banyak satwa langka.

Baca Selengkapnya

BBKSDA Sita Sejumlah Satwa Langka dari Rumah Bupati Langkat

25 Januari 2022

BBKSDA Sita Sejumlah Satwa Langka dari Rumah Bupati Langkat

BBKSDA mendapatkan informasi kepemilikan satwa langka oleh Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana dari KPK usai mengeledah rumah yang bersangkutan

Baca Selengkapnya

KSDA Agam Terima Kura-kura Kaki Gajah Langka

1 September 2021

KSDA Agam Terima Kura-kura Kaki Gajah Langka

Resor KSDA Agam akan segera melepaskan kembali kura-kura kaki gajah langka itu ke habitatnya.

Baca Selengkapnya

Singa Jantan yang Viral di TikTok Diselamatkan Otoritas Kamboja

1 Juli 2021

Singa Jantan yang Viral di TikTok Diselamatkan Otoritas Kamboja

Petugas Kamboja menggerebek rumah di Phnom Penh untuk menyelamatkan seekor singa berusia 18 bulan yang telah dicabut taring dan cakarnya.

Baca Selengkapnya

Populasi Elang Jawa di Taman Burung TMII Bertambah, Satu Telur Menetas

12 Juni 2021

Populasi Elang Jawa di Taman Burung TMII Bertambah, Satu Telur Menetas

Setelah 7 Tahun, Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhirnya berhasil menetaskan telur elang Jawa.

Baca Selengkapnya