TEMPO Interaktif, Mataram: Wakil Presiden Yusuf Kalla membuka Sidang Tanwir Muhammadiyah ke-3 se-Indonesia di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (2/12) sore. Sidang tanwir (pencerahan) ini dilakukan untuk menghadapi Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang, pada Juli tahun 2005. Tampak hadir dalam acara pembukaan itu sejumlah Duta Besar Negara-Negara Islam, seperti Dubes Iran, Sudan, Saudi Arabia, Quwait, Banglades dan Maroko. Yusuf Kalla dalam pidatonya, menyambut baik apa yang diutarakan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma'arif. Dia menggarisbawahi bahwa sikap optimis perlu terus dikembangkan dalam membangun bangsa ini dan dengan sesuai dengan tema dalam tanwir. Menurutnya, di masa mendatang, Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan tertua, tetap menjadi tauladan dengan pengembangan pelbagai amal usahanya. Yaitu, dakwah, pendidikan dan organisasi sosialnya. Sidang ini diikuti tak kurang dari 300 orang peserta tanwir dari seluruh perwakilan Dewan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia. Sidang Tanwir akan berlangsung tanggal 2-5 Desember mendatang. Syafii dalam pidatonya mengatakan, masalah yang sangat mendasar bagi Indonesia bukan masalah globalisasi. Bukanpula masalah rakyat yang lebih dewasa dibandingkan DPR. Tetapi, masalah kerentanan suasana moral yang masih redup. Dia menyebutkan, penyakit peradaban berupa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang telah menggurita begitu dalam dan jauh dari sekujur syaraf bangsa ini. ?Ya praktik KKN telah menggurita,? katanya. Syafii memberi contoh tentang pelbagai kerusakan yang telah terjadi. Seperti penyelundupan kayu yang dia sebutkan negara telah dirugikan miliaran dolar per bulan. Yang sangat repot, lanjutnya, bahwa pihak yang pengawas dan yang diawasi seakan-akan telah menulis memorandum of understanding atau nota kesepahaman. ?Rahasia untuk berbagi hasil haram itu,? katanya.Sujatmiko/Supriyanto Khafid?Tempo