Sejarah Kelam Ludruk Saat Peristiwa 1965  

Reporter

Selasa, 1 Oktober 2013 06:12 WIB

Ludruk Kartolo Cs di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta, Jumat (13/04). Foto: Tempo/Arnold Simanjuntak;20121413


Sementara itu, maestro tari Remo asal Jombang, Ali Markasa, 71 tahun, mengatakan selain lewat parikan, pesan politis PKI juga muncul dalam cerita atau lakon yang ditampilkan. "Ludruk-ludruk Lekra dulu bercerita tentang Kahar Muzakar (DI/TII), Aidit, Gerwani, dan sebagainya," katanya.

Meski jadi saksi sejarah kejayaan Lekra, Sulkan maupun Ali mengaku tak tahu dengan lakon atau cerita ludruk Lekra yang jadi kontroversi masa itu seperti Gusti Allah Ngunduh Mantu (Tuhan Mengambil Menantu) dan Malaikat Kimpoi. "Saya enggak tahu. Saya hanya niat mencari nafkah lewat ludruk, tidak mikir politik," ucap Ali.

Menurut budayawan Jombang, Nasrul Ilahi, sebelum terjadi polarisasi grup ludruk yang dipengaruhi kepentingan politik tahun 1960-an, di Jombang sudah terjadi perbedaan prinsip hidup antara kelompok ijo (hijau) seperti santri dan kiai dengan kelompok abang (merah).

Meski berbeda prinsip hidup, menurutnya di antara kelompok ijo dan abang masih bisa bersinergi atau bekerja sama dan bergotong royong dalam aktivitas kehidupan sosial kemasyarakatan. Namun saat pecah peristiwa G30S, hubungan baik itu terkoyak akibat politik. "Pengaruh politik memang cukup besar. Kesenian hanya ditunggangi saja," ujar Ketua Lembaga Pengkajian dan Pendidikan Alternatif Semesta ini.

Banyak kiai yang dibunuh dan sebaliknya banyak orang-orang pengikut PKI yang dipenjara maupun dihabisi nyawanya termasuk seniman-seniman ludruk di bawah Lekra. "Jadi seperti saling dendam," tutur adik kandung budayawan Emha Ainun Najib ini.

Setelah G30S pecah, semua pementasan ludruk dilarang oleh pemerintah dan sempat vakum selama dua tahun. Namun akhirnya oleh pemerintah dihidupkan kembali dengan dibina dibawah institusi militer. "Karena ludruk itu aset budaya, akhirnya dihidupkan lagi dengan merekrut pemain-pemain ludruk lama tapi dibawah grup bentukan ABRI," kata Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto Eko Edy Susanto.

LEKRA

Berita terkait

Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

10 hari lalu

Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

Presiden Sukarno pernah melarang Manifesto Kebudayaan pada 60 tahun lalu. Apa itu Manikebu dan Lekra yang mengemuka saat itu?

Baca Selengkapnya

Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

2 Oktober 2023

Sejumlah Larangan Rezim Orde Lama dan Orde Baru untuk Anak Muda: Musik Ngak Ngik Ngok, Celana Ketat, Rambut Gondrong

Pada era orde lama dan orde baru tetapkan beberapa larangan untuk anak muda seperti musik ngak ngik ngok, rambut gondrong, dan celana ketat.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok

29 September 2023

Perjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok

Sebelum terkenal dengan nama Koes Plus, band legendaris ini bernama Koes Bersaudara. Begini alasan terjadi perubahan nama grup band legendaris ini.

Baca Selengkapnya

Koes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan

29 September 2023

Koes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan

Satu hari sebelum peristiwa G30S, Koes Bersaudara lalu menjadi Koes Plus dibebaskan dari Penjara Glodok tanpa alasan. Apa sebab mereka dibui?

Baca Selengkapnya

Top 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP

1 Juli 2023

Top 3 Metro Kemarin, Puisi Butet Kartaredjasa Dikaitkan dengan Lekra, Kondisi GBK usai Dipakai PDIP

Puisi seniman Butet Kartaredjasa dan kondisi GBK usai dipakai PDIP masih menjadi topik yang banyak dicari pembaca

Baca Selengkapnya

Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

6 Februari 2023

Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

Pramoedya Ananta Toer salah seorang sastrawan legendaris Indonesia, ia menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa.

Baca Selengkapnya

Jokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga

1 Desember 2022

Jokowi Serahkan DIPA dan TKDD 2023 ke 53 Kementerian dan Lembaga

Jokowi telah menyerahkan DIPA dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun 2023 kepada 53 kementerian dan lembaga.

Baca Selengkapnya

Mengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S

17 September 2022

Mengenal Utuy Tatang Sontani, Generasi Sastrawan yang Tak Bisa Pulang Setelah G30S

Sastrawan Utuy Tatang Sontani tak bisa pulang setelah G30S. Ia dari Peking kemudian tinggal di Moskow, Rusia hingga wafatnya.

Baca Selengkapnya

Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

26 Juni 2022

Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

Pramoedya Ananta Toer menerima penghargaan utama Fukuoka yang diberikan ke tokoh-tokoh Asia yang berkontribusi bidang akademis, seni, dan budaya.

Baca Selengkapnya

Sebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru

29 September 2021

Sebab Lagu Genjer-Genjer Identik dengan PKI dan Dilarang Orde Baru

Lagu Genjer-Genjer sudah jarang dinyanyikan karena dianggap memiliki kaitan dengan PKI.

Baca Selengkapnya