Pendamping menunjukkan kapsul obat herbal yang akan diminumkan kepada pasien usai berbuka puasa di Pondok Tetirah Dzikir di desa Tegaltirto, Sleman (18/7). Pasien yang dirawat di pondok ini terdiri dari penderita gangguan jiwa dan korban ketergantungan narkoba. TEMPO/Suryo Wibowo.
TEMPO.CO, Yogakarta - Badan Narkotika Nasional Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan ketat pada penyalahgunaan narkotik dan zat psikotropika yang kini gejalanya mulai mengincar siswa sekolah menengah pertama.
Kepala Bidang Pemberantasan BNN DIY, Ajun Komisaris Besar Polisi Sumargiyono, menuturkan pihaknya setahun terakhir memantau mulai maraknya penyalahgunaan obat-obatan dengan kandungan psikotropika di kalangan siswa SMP ini. “Caranya mendapatkan (obat itu) secara resmi dari apotek, dengan resep yang dijual dari pihak yang mencari untung,” kata Sumargiyono seusai kegiatan pemilihan duta antinarkoba pelajar SMP se-Kota Yogyakarta di Balai Kota Yogyakarta, Senin, 23 September 2013.
Obat psikotropika yang biasa dicari para siswa SMP itu, kata dia, bukan narkotik. Namun lebih pada jenis psikotropika yang pemanfaatannya selama ini banyak ditujukan untuk pasien penyakit kejiwaan, stres, dan depresi. Jenis obat-obatan itu seperti dextro, camlet, serta riklona clonazepam. "Yang biasa disebut pil koplo,” kata dia.
Sampai saat ini pihak BNN sendiri belum berhasil mengungkap siapa orang yang bertanggung jawab memperjualbelikan resep obat kejiwaan itu hingga bisa sampai merambah para siswa SMP. “Belum terdeteksi jaringannya,” kata dia.
Yang dapat dilakukan BNN saat ini sebatas menggandeng pihak Badan Pengawas Obat Makanan serta pemerintah daerah untuk turut memantau apotek di wilayah masing-masing. “Agar pihak pengusaha (apotek) juga selektif ketika menerima resep untuk mendapatkan obat itu, agar tidak salah sasaran,” kata dia.
Untuk membatasi peredaran dan penyalahgunaan obat psikotropika ini, BNN tahun ini mulai melibatkan para wakil dari siswa SMP untuk turut dalam pengawasan bahaya narkoba itu di sekolah masing-masing. Dalam pemilihan duta narkoba tersebut, setidaknya 100 siswa terlibat dari 26 sekolah.