TEMPO.CO, Jakarta - Menghilangnya 250 batang dinamit di Jawa Barat pada Juni kemarin menjadi perhatian khusus Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Deputi Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayor Jenderal Agus Surya Bhakti berharap dinamit yang hilang tidak berada di tangan kelompok teroris.
Untuk meminimalisir penggunaan dinamit yang hilang itu, Agus mengimbau Kepolisian RI untuk mengawasi ketat produksi, distribusi, hingga penggunaan detonator. Agus ingin Polri mempersulit masyarakat awam hingga kelompok teroris memperoleh detonator dinamit. "Kalau mereka sampai dapat detonator 'kan' jadi barang itu (dinamit aktif)."
Agus juga meminta polisi memperketat perizinan penggunaan detonator oleh beberapa perusahaan tambang. Sejumlah perusahaan tambang sengaja menggunakan dinamit dan detonator untuk meledakkan bebatuan keras. Agus khawatir jika perizinan lemah, resiko bocornya penggunaan detonator semakin besar.
Selain itu, suami artis Bella Saphira ini mengkhawatirkan upaya kelompok teroris untuk membuat sendiri detonator dinamit. Meski pun tak semua dinamit bisa diaktifkan dengan detonator sederhana buatan tangan. "Kami masih bersyukur itu (tidak semua dinamit bisa diledakkan dengan detonator sederhana)," kata dia.
Dalam kasus ini, setidaknya Polda Jawa Barat telah memeriksa 15 orang saksi. Hilangnya ratusan batang dinamit itu terjadi ketika armada truk pengangkut 10 ribu batang dinamit produksi PT Multi Nitrotama Kimia bertolak dari gudang di Kalijati, Kabupaten Subang, 26 Juni 2013. Tujuannya adalah gudang konsumen bahan peledak PT Batu Sarana Persada di Cigudeg, Kabupaten Bogor.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Bangbang Surono, A.k, M.M, CA., optimis BNPT mampu berperan dan berdampak dalam mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
26 Februari 2024
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
Executive Board Asian Moslem Network (AMAN) Indonesia, Yunianti Chuzaifah, menyoroti kaitan kaum perempuan Indonesia dengan terorisme tak hanya terjadi di ruang publik, melainkan juga di ruang domestik.