TEMPO Interaktif, Jakarta: Sejumlah tokoh dan masyarakat terus berdatangan ke kantor Kedutaan Besar Palestina di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat untuk menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Presiden Palestina Yasser Arafat. Sampai Kamis (11/11) malam, sejumlah nama mengisi buku tamu, antara lain Ali Alatas, Menkokesra Alwi Shihab, mantan Menkeu Marie Muhammad, Ketua MK JImly Asshidique, Ketua MUI Amidhan, Ketua Al-Irsyad Geyes Amar, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.Buku tamu yang tersedia sebanyak empat buah dan diletakkan di atas dua buah meja panjang yang dilapisi kain putih dan hijau.Buku tamu tersebut disediakan di sebuah ruangan berbentuk limas berukuran sekitar 7 meter persegi dan lantai berlapis karpet merah. Sebuah bingkai foto ukuran poster bergambar Yasser Arafat lengkap dengan kafiyehnya tergantung di atas tembok bercat putih. Hanya ada sebuah karangan bunga ucapan duka cita dari Pemerintah Provinsi Banten. Di bagian luar ruangan terdapat sekitar sebelas karangan bunga dari berbagai tokoh dan instansi serta organisasi massa. Tidak ada persiapan khusus yang disiapkan Kedutaan Besar Palestina. Hanya ada penasehat kedutaan Nasser A. Wahab dan sekretaris pertama Taher Ibrahim Ahmad yang sibuk menerima kedatangan tamu. ?Tentu saja kami sangat sedih,? kata Nasser kepada Tempo. Dia menambahkan Abu Ammar--panggilan lainnya-- merupakan ikon perjuangan Palestina selama lebih dari empat dekade. Arafat, kata dia, merupakan tokoh karismatik dan tidak ada yang bisa menyamainya. Nasser menjelaskan, selama 60 hari ke depan kepemimpinan Palestina diambil alih Ketua Parlemen Rauhi Fatuh sebagai presiden. Mahmoud Abbas sebagai Ketua PLO dan Ahmed Qurey tetap sebagai Perdana Menteri.Dia yakin pemilu yang akan digelar dua bulan lagi akan berjalan lancar. ?Siapapun yang dipilih itu hak rakyat,? tegas Nasser. Dia tidak merasa gusar akan terjadi konflik internal diantara berbagai faksi dan kemungkinan kelompok garis keras Hammas akan memenangkan pemilu.Faisal Assegaf?Tempo