Tumpukan buku pelajaran di kantor penerbit CV Graphia Buana yang mencetak buku pelajaran SD bermateri porno di Jalan Tumenggung Wiradireja, Tanah Baru, Bogor Utara, Kota Bogor (10/7). Tempo/Sidik Permana
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Pendeta (Pdt) Weinata Sairin mengaku sedih dengan beredarnya buku pelajaran berisi materi porno di Bogor. Dia meminta penerbit jangan cuma memikirkan keuntungan.
"Kami betul-betul prihatin dan sedih. Ini kan korbannya banyak, anak-anak SD. Buku pelajaran sekolah disuguhkan dengan narasi-narasi porno, yang biasa ditemukan di novel-novel picisan," kata Weinata yang juga Koordinator Penilai Buku Teks Pelajaran BSNP pada Tempo, Sabtu, 20 Juli 2013, di kantor BSNP, Cipete, Jakarta.
Sejak Maret 2013, buku terbitan CV Graphia Buana yang mengandung cerita mesum beredar di sekolah dasar di Bogor. Cerita lucah dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VI itu berjudul "Anak Gembala dan Induk Serigala".
Taburan kalimat-kalimat cabul di buku yang ditulis Ade Khusnul dan M. Nur Arifin itu tersebar di halaman 57-60. Kasus ini menyeruak awal Juli lalu setelah orang tua protes atas isi buku tersebut.
Weinata memastikan buku tersebut bukan buku yang lolos seleksi BSNP. Namun, faktor mencari keuntungan diduga menjadi penyebab buku tersebut tetap diedarkan penerbit. "Kok, tega. Penerbit hanya cari keuntungan lalu mengorbankan masa depan peserta didik," kata dia.
Sebagai koordinator seleksi, Weinata menjelaskan, dirinya selalu mengingatkan agar penerbit jangan cuma memikirkan keuntungan semata. "Buku itu kan bukan cuma kertas, untaian kalimat, tapi ada juga soal konten, soal visi ke depan buat anak bangsa ke depannya."