'Kenapa Lapas Takut Pasang CCTV?'  

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Jumat, 12 Juli 2013 13:46 WIB

Seorang polisi mengamati Lapas Klas I Tanjung Gusta Medan yang terbakar akibat kerusuhan, (11/7). Kerusuhan dipicu lampu padam dan matinya air PDAM dan menyebabkan kaburnya para napi di penjara tersebut. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat mendesak Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memasang kamera pemantau (CCTV) keamanan di setiap lembaga permasyarakatan (lapas). Pemasangan kamera diharapkan bisa mendeteksi potensi kerusuhan di dalam lapas.

"Padahal kami sudah alokasikan anggaran," kata anggota Komisi Hukum Nudirman Munir di Kompleks Parlemen Senayan, Jumat, 12 Juli 2013. Dia menyatakan, rusuh di lapas sudah terjadi berkali-kali sehingga semestinya bisa diantisipasi.

Kerusuhan terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, Medan, Kamis malam, 11 Juli 2013. Terletak di barat laut Kota Medan, penjara berkapasitas 1.054 narapidana ini dihuni 2.600 narapidana. Lapas Tanjung Gusta juga menampung narapidana dewasa dan anak.

Saat kerusuhan, narapidana merusak ruang pegawai dan sipir, serta membakar ruang administrasi dan tata usaha penjara. Akibat keurusuhan ini 5 orang tewas. (Baca juga: Ini Penyebab Rusuh dan Kebakaran Tanjung Gusta)

Nudirman menyayangkan mengapa pemasangan kamera pemantau tidak terdengar kelanjutannya. Politikus Partai Golkar ini mengaku heran seakan-akan ada yang ditutup-tutupi di dalam lapas. "Kenapa takut banget pasang CCTV di dalam lapas," kata dia.

Nudirman menyatakan, kelebihan kapasitas penjara juga disebabkan kriminalisasi yang dilakukan penegak hukum. Menurut dia, ada banyak orang yang seharusnya tidak perlu dipenjara tetap tetap diadili dan dimasukkan ke dalam lapas.

Seharusnya, kata dia, penegakkan hukum tidak dilakukan dengan cara melanggar hukum. "Jangan orang dipaksa mengaku dengan disiksa," kata dia. Nudirman meminta penegak hukum tidak mengkriminalisasi seseorang dalam proses penegakan hukum.

Bahkan, Nudirman menuding kejaksaan memiliki target dalam penyelesaian kasus. Sayangnya, target ini ditujukan kepada mereka yang tidak mampu menyuap penegak hukum. "Kenapa enggak mengejar pejabat yang lebih tinggi," kata dia.

WAYAN AGUS PURNOMO

Topik terpopuler:
Ramadan | Bara LP Tanjung Gusta | Capres 2014 | Tarif Progresif KRL |

Berita lainnya:
Wawancara Tempo dengan Ucok Eksekutor Cebongan
Ini Pengakuan Penulis Buku SD 'Porno' Anak Gembala

Alex Noerdin Batal Jadi Gubernur Sumatera Selatan

Polisi Raja Tilang dari Gresik

Berita terkait

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

22 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

1 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

2 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

2 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

3 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

3 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

3 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

6 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

7 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

7 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya