Tim Kampanye Mega Hasyim Bantah Rendahkan KH Hasyim Asy'ari
Reporter
Editor
Senin, 18 Oktober 2004 20:13 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Tim Kampanye Mega Hasyim membantah telah merendahkan harkat dan martabat dengan memasang gambar KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama pada saat kampanye pemilihan presiden tahap pertama. Pemasangan gambar itu justru karena mereka merasa sangat bangga terhadap KH Hasyim Asy'ari sebagai pahlawan nasional. "Tergugat merasa bangga akan perjuangan tokoh tersebut," kata Aspan Tarigan, kuasa hukum Tim Kampanye Mega Hasyim dalam jawabannya terhadap gugatan yang diajukan KH M Yusuf Hasyim, Senin (18/10) di PN Jakarta Pusat. Seperti diberitakan sebelumnya, KH M. Yusuf Hasyim, putra KH Hasyim Asy'ari menggugat tim kampanye pasangan calon presiden Megawati-Hasyim Muzadi. Selain ia juga menggugat Hasyim Muzadi dan Megawati. Penggunaan foto KH Hasyim Asy'ari dalam kampanye yang termuat dalam baliho, poster dan stiker diberbagai tempat menurutnya dilakukan untuk mencari keuntungan pribadi dari figur orang tua penggugat. Megawati dan Hasyim seolah-olah ingin mengesankan perjuangannya merupakan dari perjuangan KH Hasyim Asy'ari.Atas gugatan ini, penggugat meminta ganti rugi materiil sejumlah Rp 500 juta dan inmateril sebesar Rp 9 miliar. Selain itu meminta para tergugat meminta permohonan maaf pada lima surat kabar ibukota dan delapan media elektronik selama tiga hari berturut-turut.Aspan mengatakan sebenarnya permasalahan ini sudah selesai. Ia mengungkapkan antara Hasyim Muzadi telah ada pembicaraan secara pribadi dengan Yusuf Hasyim mengenai gugatan itu sekitara dua-tiga bulan yang lalu . "Di antara mereka sudah ada saling memaafkan," katanya usai persidangan. Hasyim Muzadi, menurut Aspan, tidak tahu jika adanya pemasangan gambar KH Hasyim Asy?ari yang digunakan dalam kampanye. "Jadi itu kebijaksanaan tim sukses," katanya. Adanya pembicaraan pribadi antara Hasyim Muzadi dengan Yusuf Hasyim itu dibenarkan Yanto Jaya, salah satu kuasa hukum Yusuf Hasyim. Namun menurutnya Yusuf Hasyim meminta permohonan maaf itu ditujukan secara tertulis. Sebab, pemasangan gambar almarhum juga dilakukan secara tertulis dan dipajang di berbagai tempat. "Ini juga agar bisa dipublikasikan kepada warga Nahdliyin," ujarnya. Edy Can - Tempo