TEMPO.CO, Jakarta-Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (DPP Demokrat) Andi Nurpati mengusulkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyusun daftar pemilih berdasarkan tempat tinggal sehari-hari, bukan berdasarkan alamat yang tertera di Kartu Tanda Penduduk. Andi yakin, pendataan berdasarkan domisili akan meningkatkan partisipasi Pemilu.
"Hampir tidak mungkin orang pulang kampung hanya untuk nyoblos. Biaya pulang kampung sangat mahal," kata Andi dalam diskusi di kantor KPU, Jumat, 5 Juli 2013.
Andi, yang juga mantan anggota KPU pada pemilihan 2009, mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan partisipasi pemilih menurun adalah metode pendaftaran pemilih. KPU mendaftarkan pemilih berdasarkan alamat di kartu tanda penduduk. Nyatanya, banyak penduduk yang sehari-hari tinggal jauh dari alamat yang tertera di KTP.
"Misalnya saja pekerja di Jakarta, umumnya mereka berasal dari daerah," katanya. "Tak mungkin mereka pulang ke kampung hanya untuk nyoblos. Akhirnya mereka tidak memilih."
Andi mencontohkan mahasiswa yang kuliah jauh dari tempat tinggalnya. "Sebut saja di Jakarta, pasti ada asrama mahasiswa dari daerah," katanya. Andi ragu mahasiswa itu akan menggunakan hak pilih. Sebab untuk menggunakan hak pilih, si mahasiswa harus pulang dulu ke alamat sebagaimana tertera di KTP.
"Kalau boleh yang seperti ini dicarikan jalan keluar, dikondisikan agar partisipasi meningkat," katanya.
Persoalan daftar pemilih tetap mencuat selepas pemungutan suara Pemilu 2009. Ketika itu, sejumlah partai mengklaim kehilangan suara akibat banyaknya anggota dan simpatisan mereka tak tercantum dalam daftar pemilih tetap.
KPU kini sedang menyusun ulang anggaran distribusi logistik Pemilu 2014 yang membengkak akibat kenaikan bahan bakar minyak bersubisdi. Komisi juga menyiapkan kotak suara bening dan tinta jari cepat pudar. Di luar negeri, pemilihan diadakan lebih awal.
ANANDA BADUDU
Terpopuler:
Pengumuman SBMPTN Dimajukan 8 Juli
Keterangan Prajurit Kopassus Ucok Irasional
Fuad Bawazier Menentang Hanura Calonkan Hary Tanoe
PDI Perjuangan Pantau Elektabilitas Jokowi
Imparsial: Kopassus Penyerang Cebongan Berbohong