TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti pada Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPRR), Yusfitriadi meminta Komisi Penyiaran Indonesia bersikap tegas soal aturan penggunaan media televisi untuk politik. Hal ini untuk mengurangi penyimpangan penggunaan media televisi untuk kampanye dan sosialiasi partai. "Sejauh ini KPI seakan tidak bisa berbuat banyak untuk memberikan peringatan," kata Yusfitiriadi, Rabu, 3 Juli 2013.
Menurut Yusfitriadi, beberapa media televisi dalam beberapa bulan terakhir terlihat kerap menampilkan acara partai politik tertentu. Misalnya Metro TV yang menyiarkan siaran langsung penyerahan bacaleg partai Nasional Demokrat, dan deklarasi calon presiden dan wakil presiden dari partai Hati Nurani Rakyat yang disiarkan langsung di staisun MNC, dan RCTI.
JPPR menilai monopoli stasiun televisi oleh partai tertentu ini bisa menimbulkan dinamika politik yang tak sehat. Karena itu, JPPR meminta KPI segera bertindak tegas dan menetapkan apakah penggunaan televisi untuk media politik melanggar aturan pemilu atau tidak. Atau memang hanya masuk wilayah etis, ini harus jelas.
Yusfitiradi khawatir, bila KPI tak kunjung tegas, ke depan partai pemilik televisi akan semakin leluasa memanfaatkan media miliknya untuk iklan dan sosialiasi kegiatan partai. Hal ini dikhawatirkan akan memunculkan pemilu yang tak adil dan tak fair. Selain pada KPI, JPRR juga meminta Bawaslu memperketat pengawasan dan mendorong munculnya aturan yang adil. Komisi Pemilihan Umum juga diminta segera mengeluarkan aturan tentang iklan dan siaran partai di media.
Dalam catatan Tempo, ada tiga bos televisi yang juga petinggi partai politik yang bakal ikut bertarung dalam pemilihan presiden mendatang. Mereka adalah Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, pemilik TV One dan ANTV, ; Ketua Badan Pemenangan Pemilu Hanura, Harry Tanoe Soedibyo pemilik televisi Media Nusantara Citra Group yang menaungi RCTI, MNC TV, dan Global TV; serta Ketua Umum Partai Nasional Demokrat, Surya Paloh, pemilik Media Group yang menaungi Metro TV.
IRA GUSLINA SUFA
Topik Terhangat
Tarif Progresif KRL |Bursa Capres 2014 |Ribut Kabut Asap| PKS Didepak?
Berita terpopluer:
Cara Kepolisian Tutupi Kasus Upaya Suap Anggotanya
Petinggi Polisi Minta Kasus Suap Tidak Bocor
Luthfi Hasan Tuding KPK Ingin Hancurkan PKS
Bupati Rote Bantah Roy Suryo Marah-marah di Hotel
Stasiun UI Masih Gunakan Tiket Kertas
Polisi: Laporan Wartawati Korban Perkosaan Janggal
Berita terkait
Angka Keramat Nawacita
28 April 2015
Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.
Baca SelengkapnyaPemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya
17 Desember 2014
Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.
Baca SelengkapnyaObor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi
5 Agustus 2014
Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut
Baca SelengkapnyaAhok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal
9 Juli 2014
Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.
Baca SelengkapnyaRibuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi
8 Juli 2014
Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.
Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat
6 Juli 2014
Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.
Baca SelengkapnyaHatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura
5 Juli 2014
Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.
Baca SelengkapnyaPendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin
5 Juli 2014
Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.
Baca SelengkapnyaTabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis
5 Juli 2014
Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.
Baca SelengkapnyaKampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret
5 Juli 2014
Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.
Baca Selengkapnya