Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat akan meninggalkan Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, (2/6). Presiden SBY usai dari Amerika Serikat dalam menerima World Statesman Award 2013 dari Appeal of Conscience Foundation (ACF). TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, di mana nilai tukar rupiah dan indeks harga saham bergejolak, telah diperkirakan sebelumnya.
"Oleh karena itu, saat ini pemerintah bersama Bank Indonesia dan pihak-pihak terkait sedang dan terus bekerja untuk mengelola dan mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi," kata SBY, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 12 Juni 2013.
Menurut dia, situasi perekonomian yang dihadapi Indonesia saat ini mirip seperti 2005 lalu, persis sebelum pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi saat itu. "Tapi Alhamdulillah, permasalahan itu dapat kami atasi dengan baik," ujar SBY.
SBY juga menilai situasi ekonomi Indonesia sekarang memiliki kesamaan dengan kondisi perekonomian pada 2008 lalu. Meski secara global kondisinya tak seburuk tahun itu.
"Mudah-mudahan perkembangan sekarang ini tidak seperti krisis tahun 2008," kata SBY. Menurut dia, berkat kerja keras pemerintah dan berbagai pihak lainnya, ekonomi Indonesia saat itu bisa bertahan dengan baik. "Bahkan tercatat sebagai perekonomian dengan pertumbuhan tinggi pada tingkat dunia."