TEMPO.CO, Jakarta - Proses pemindaian lembar jawaban ujian nasional (LJUN) tidak menemukan kendala yang diakibatkan oleh lembar yang tipis. Suripto, koordinator tim pemindaian, mengatakan, kertas yang tipis tidak mempengaruhi alat scan untuk membaca jawaban dari tiap peserta, Kamis, 25 April 2013. Ada dua sistem dalam proses pemindaian LJUN.
"Kami akan melakukan pemindaian dengan sistem Opscan. Tapi, kalau tidak bisa terbaca, kami akan memakai sistem image," ujar Suripto.
Suripto mengatakan, pemindaian dengan mesin Opscan seharga Rp 200 juta tersebut berjalan dengan cepat dan sangat sensitif dalam melakukan pemindaian. Sebuah debu pun dapat terbaca di mesin Opscan. Sistem image akan dilakukan jika jawaban pada LJUN tidak terbaca di Opscan, dengan menggunakan jenis alat scan yang berbeda.
"Kalau ada jawaban yang kosong, Opscan akan otomatis berhenti," tutur Suripto. Suripto menjelaskan, LJUN tersebut akan dilihat, kemudian Opscan akan dilanjutkan lagi. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada kesalahan dalam memindai jawaban.
Budiyanto, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Bidang SMP/SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta, mengatakan, ada satu sistem lain yang akan dilakukan jika LJUN tidak bisa terbaca oleh sistem Opscan dan image. "Jawaban pada LJUN tersebut akan dipindahkan ke LJUN yang baru, tentu saja dengan pengawasan dan berita acara," ujar Budiyanto. Dengan sistem ini, Budiyanto menyatakan, tidak akan ada LJUN yang tidak terbaca atau tidak dipindai.
Budiyanto mengatakan, kertas LJUN memang berbeda dengan kertas LJUN tahun sebelumnya, lebih tipis. "Selama masih bisa dipakai, tidak ada masalah," ujar Budiyanto.
RENLY JAMES YOSUA
Topik Terhangat:
#Ujian Nasional | #Bom Boston | Ustad Uje | #Preman Yogya
Baca juga:
Jokowi Tunjukkan Desain Perbaikan Kampung
May Day, Ahok: Akan Ada Panggung untuk Buruh
Sore, Jakarta dan Sekitarnya Bakal Diguyur Hujan
Jalan Layang Casablanca Selesai Dulu, Baru Audit
Berita terkait
Mengenal ANBK, Apa Bedanya dengan Ujian Nasional?
24 Agustus 2022
Kemendikbudristek menginisiasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer atau ANBK untuk SD, SMP, dan SMA sederajat sebagai pengganti Ujian Nasional (UN).
Baca SelengkapnyaKPAI Usulkan Soal UN untuk Sekolah Darurat Dibedakan
9 Januari 2019
KPAI juga meminta kebijakan pembedaan soal UN diberlakukan untuk para siswa yang pindah sekolah akibat bencana di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaHasil Analisis UN Diharapkan Bisa Mendongkrak Mutu Pendidikan
18 April 2018
Hasil telaah akan digunakan untuk mendiagnosa topik-topik yang harus diperbaiki di setiap sekolah untuk setiap mata pelajaran.
Baca SelengkapnyaMendikbud Tanggapi Soal UN Matematika yang Dianggap Sulit
18 April 2018
Soal UN SMA mata pelajaran matematika membuat gaduh para siswa karena dinilai terlalu sulit dan tak pernah diajarkan.
Baca SelengkapnyaSoal HOTS yang Bikin Gaduh Peserta UN SMA
14 April 2018
Peserta Ujian Nasional atau UN tingkat SMA mengeluhkan soal yang tak sama dengan kisi-kisi. Soal UN yang dikeluhkan kebanyakan adalah matematika.
Baca SelengkapnyaUN SMP 2018, Kementerian Pendidikan: Soal Berbentuk Esai
15 Juni 2017
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan soal ujian nasional (UN) tingkat sekolah menengah pertama pada 2018 tidak lagi berbentuk pilihan ganda, melainkan esai.
USBN SD, Menteri Pendidikan: Ujian Itu Penting, tapi Utamakan Kejujuran
16 Mei 2017
Menteri Muhadjir meminta guru terus menanamkan semangat integritas kepada anak-anak sebagai penerus bangsa untuk memperkuat rasa nasionalisme.
Baca SelengkapnyaUNBK SMP, Ombudsman Temukan 16 Indikasi Kesalahan
5 Mei 2017
Ombudsman Bidang Penyelesaian Laporan Ahmad Suaedy menerima laporan sejumlah maladministrasi selama UNBK.
Baca SelengkapnyaKonvoi Hasil UN SMA di Klaten Brutal, Polisi Dalami Dugaan Klitih
2 Mei 2017
Kepolisian Resor Klaten mendalami dugaan adanya keterlibatan kelompok klitih dalam konvoi pelajar yang melakukan aksi brutal di sejumlah wilayah, hari ini.
Baca SelengkapnyaDepok Klaim Kota Pertama UNBK 100 Persen di Jawa Barat
2 Mei 2017
Akibat keterbatasan ruangan, beberapa SMP menumpang di sekolah lain.
Baca Selengkapnya