TEMPO.CO, Surakarta - Rombongan yang tengah berjalan di Jalan Slamet Riyadi itu tampak unik. Sebagian memakai baju yang terbuat dari puluhan kantong plastik beragam ukuran dan warna. Kantong plastik itu berbunyi srek-srek saat pemakainya berjalan.
Di bagian belakang, sejumlah perempuan membawa poster bertulisan "Plastik Kuwi Bahaya Lo..", dan menenteng tas kain berwarna hijau.
Mereka adalah rombongan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta yang mengkampanyekan penghentian penggunaan kantong plastik. Koordinator kegiatan Budi Waluyo mengatakan 150 mahasiswa yang ikut kampanye telah menyiapkan seribu kantong kain sebagai pengganti kantong plastik.
"Setiap orang yang bersedia menukarkan kantong plastiknya, kami ganti dengan kantong kain," katanya di sela acara, Ahad, 14 April 2013.
Menurut Budi, kampanye ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa kantong plastik membutuhkan waktu ratusan tahun agar bisa terurai. Karena itulah masyarakat harus bijak menggunakan kantong plastik karena selama ini telah terbiasa memakai barang-barang dari plastik. Misalnya, minum dengan sedotan plastik dan berbelanja di warung dengan kantong plastik.
Budi mengajak masyarakat untuk mengurangi pemakaian benda-benda plastik untuk menghindari bahayanya. Hal sederhana yang bisa dilakukan, misalnya minum tanpa sedotan atau membawa sedotan sendiri. "Atau belanja membawa kantong sendiri yang mudah didaur ulang," ujarnya.
Ia menambahkan, "Kami juga minta masyarakat tidak membuang sampah plastik sembarangan. Karena semakin menambah beban masalah lingkungan."
Salah seorang partisipan, Doron Berger, mengakui saat ini masyarakat memang sulit lepas dari benda-benda plastik. "Kita sudah sangat tergantung pada plastik," ujar warga negara Australia itu.
Berger mengatakan kondisi di negara asalnya tak jauh berbeda dengan di Indonesia. Masih ada warga yang gemar memakai kantong plastik untuk berbagai keperluan dan membuang sampah sembarangan. "Tapi di Australia ada denda dan hukuman tegas bagi pelanggar aturan. Ini yang di Indonesia belum ditegakkan," kata dia.
Yang bisa dilakukan, kata dia, adalah mengurangi pemakaiannya dan menggantinya dengan kantong dari bahan yang mudah didaur ulang. Selain itu, kesadaran masyarakat Indonesia harus terus ditumbuhkan. Tanpa pengendalian pemakaian kantong plastik, Indonesia bisa jadi lautan sampah. "Indonesia akan jadi kekuatan ekonomi dunia. Dengan penduduk 300-an juta, maka penggunaan barang dari plastik akan semakin banyak," katanya.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita Populer Lainnya:
Pesawat Lion Air Jatuh di Perairan Bali
Brakkk, Tiba-Tiba Lion Air Ada di Laut Bali
Ini Dua Kicauan Pertama SBY di Akun @SBYudhoyono
Kronologi Kecelakaan Pesawat Lion Air dari Saksi
Pramugari Bicara Mesin Lion Air Rusak di Bali
Berita terkait
Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun
26 hari lalu
Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.
Baca SelengkapnyaKonflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah
58 hari lalu
BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaWalhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..
29 Januari 2024
Walhi mengungkapkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan hilirisasi industri nikel di Maluku Utara.
Baca SelengkapnyaPenelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia
24 Januari 2024
Penelitian menyebutkan aktivitas industri nikel di Indonesia menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan secara masif.
Baca SelengkapnyaGreenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan
23 Januari 2024
Greenpeace mengkritik Gibran yang mengglorifikasi program hilirisasi nikel Presiden Jokowi. Industri ini dinilai banyak merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaDi Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam
21 Januari 2024
Dalam debat cawapres, calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md mengatakan kerusakan alam di bumi terjadi karena tingkah laku manusia.
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya
21 Januari 2024
Menurut Budisatrio Djiwandono, Prabowo-Gibran akan memberikan hukuman berat kepada pihak yang merusak alam.
Baca SelengkapnyaKarhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu
8 September 2023
Karhutla di Gunung Arjuna dan sekitarnya pertama kali terpantau muncul di kawasan Bukit Budug Asu, pada Sabtu, 26 Agustus lalu.
Baca SelengkapnyaWalhi Sebut Pidato Kenegaraan Jokowi Dorong Kerusakan Lingkungan
17 Agustus 2023
Aulia menilai pidato Presiden Jokowi sangat mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap padat modal.
Baca SelengkapnyaKerusakan Lingkungan di IKN Nusantara Berpotensi Meluas
1 Juli 2023
Berbagai proyek infrastruktur IKN Nusantara memperparah kerusakan lingkungan di lokasi ibu kota baru itu ataupun di area sekitarnya
Baca Selengkapnya