Putra-putri Bung Karno Berkumpul

Reporter

Editor

Selasa, 31 Agustus 2004 11:09 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Putra-putri mantan presiden Soekarno tadi malam berkumpul di rumah Rachmawati Soekarnoputri, kawasan Jatipadang, Jakarta Selatan. Meski dilakukan menjelang pemilihan presiden putaran kedua, pertemuan keluarga yang dikenal banyak berseberangan ini disebutkan tidak bermuatan politik.Rachma menyebutkan, pertemuan itu murni hanya acara keluarga. Megawati Soekarnoputri yang kini berpasangan dengan Hasyim Muzadi berusaha mempertahankan kursi presiden, menurut dia, sama sekali juga tidak meminta dukungan politik. "Sebagai anggota keluarga, saya merasa senang karena kami sudah tidak pernah berkumpul sejak 2001," ujarnya.Mega bersama Sukmawati Soekarnoputri datang semobil pada pukul 20.05 WIB. Mereka sudah ditunggu tuan rumah, si sulung Guntur Soekarnoputra, dan si bungsu Guruh Soekarnoputra yang datang lebih dulu. Tak lama kemudian, Taufiq Kiemas, suami Mega, menyusul.Pertemuan kakak-beradik itu berlangsung dua jam. Ketika pertemuan usai pada pukul 22.05, mereka menyempatkan berfoto bersama di depan wartawan yang telah menunggu. Setelah itu, Mega langsung meninggalkan rumah Rachma tanpa mengucapkan komentar apa pun.Rachmawati yang berlaku sebagai juru bicara menyatakan, sikap politiknya tetap independen setelah pertemuan itu. Ia mengaku tetap akan mengambil sikap berbeda dengan Megawati. "Yang perlu digarisbawahi di sini, tidak ada perubahan sikap politik dari saya," katanya. "Anda kan sudah tahu dari dulu."Sebelum pertemuan itu benar-benar usai, dari dalam ruangan terdengar suara tepuk tangan beberapa kali diiringi dengan suara tawa. Ketika wartawan menanyakan apakah itu berarti pernyataan dukungan terhadap Mega, Rachma menampiknya. "Tidak, itu hanya ngomong masalah keluarga," katanya.Fungsionaris PDI Perjuangan, Panda Nababan, yang ikut pertemuan mengisahkan, tepuk tangan dilakukan setelah Guruh berkata bahwa arwah Soekarno dan Fatmawati pasti sedang berbahagia menyaksikan keluarga mereka bersatu kembali. Guruh, kata Panda, juga menyarankan agar dilakukan pertemuan lanjutan. Mereka sepakat bertemu kembali pada 18 atau 19 September--sehari sebelum pemilihan presiden--di rumah Fatmawati, Jalan Sriwijaya, Jakarta.Mega, Sukma, dan Rachma selama ini memang terkesan tidak akur. Mereka bahkan memimpin tiga partai politik yang berbeda pada pemilu legislatif 5 April lalu. Mega memimpin PDI Perjuangan, Sukma membentuk PNI Marhaenisme, dan Rachma menggawangi Partai Pelopor. Pada pemilihan presiden putaran pertama, Sukma pun memilih menyokong Amien Rais.Di luar pertemuan itu, pesaing Mega, Susilo Bambang Yudhoyono, kembali membuka "kisi-kisi" kabinetnya. Ia berjanji akan menyediakan empat kursi menteri bagi perempuan. "Melihat perkembangan potensi kemampuan di lembaga eksekutif maupun legislatif, sudah sepatutnya kabinet mendatang diisi oleh empat menteri perempuan," katanya di Jakarta.Ia mengaku sedang mempertimbangkan secara serius pos-pos yang layak ditempati menteri perempuan. Karena itu, ia belum mau menyebutkan calon-calon menteri perempuan yang disiapkan. Yang jelas, kata dia, posisi di kabinet diberikan kepada perempuan agar mereka bisa lebih berperan dalam proses politik dan pengambilan kebijakan untuk publik.Kepada para anggota Gerakan Perempuan Peduli Indonesia, Forum Cendekiawan Muslimat Peduli, Wanita Kosgoro, serta Lembaga Perempuan Seluruh Indonesia itu, Yudhoyono menyatakan tiga hal fundamental yang terkait dengan permasalahan perempuan. Hal itu adalah keselamatan dari tindak kejahatan dan kekerasan, pelayanan secara layak dan manusiawi, serta pentingnya visi dan kebijakan yang nyata dari pemerintah untuk membawa perubahan bagi kaum perempuan.Indriyati Suparno, aktivis Koalisi Perempuan Surakarta, menilai janji Yudhoyono untuk menyediakan kursi menteri bagi perempuan itu sekadar strategi untuk menarik dukungan kaum perempuan. "Kalau Yudhoyono bermaksud menguatkan perempuan, seharusnya saat pemilu legislatif Partai Demokrat pun berbuat sama," ujarnya.Ia menduga, janji itu diberikan Yudhoyono untuk menandingi Megawati yang sering kali dianggap representasi perempuan. rina/yandhrie/imron

Berita terkait

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

10 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

29 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

35 hari lalu

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S

Baca Selengkapnya

Vonis 7 Anggota Nonaktif PPLN Kuala Lumpur Lebih Rendah daripada Tuntutan Jaksa, Ini Hal-hal yang Meringankan

41 hari lalu

Vonis 7 Anggota Nonaktif PPLN Kuala Lumpur Lebih Rendah daripada Tuntutan Jaksa, Ini Hal-hal yang Meringankan

Hakim juga menjatuhkan pidana denda kepada seluruh terdakwa PPLN Kuala Lumpur itu masing-masing sebesar Rp 5 juta.

Baca Selengkapnya

Ricuh di Bawaslu Papua Karena Dugaan Kecurangan Suara, Wakapolres Yalimo Terkena Lemparan Batu

1 Maret 2024

Ricuh di Bawaslu Papua Karena Dugaan Kecurangan Suara, Wakapolres Yalimo Terkena Lemparan Batu

Sekelompok massa menyerang Kantor Bawaslu Papua karena mereka menduga ada kecurangan suara saat rapat pleno di Distrik Abenaho.

Baca Selengkapnya

Tim Advokasi Peduli Pemilu: Pemilu 2024 Jadi Pementasan Nepotisme di Panggung Demokrasi Indonesia

1 Maret 2024

Tim Advokasi Peduli Pemilu: Pemilu 2024 Jadi Pementasan Nepotisme di Panggung Demokrasi Indonesia

Tim Advokasi Peduli Pemilu melakukan uji materi terhadap UU Pemilu agar penguasa tidak lagi sewenang-wenang saat pemilu.

Baca Selengkapnya

Pemilu 2024 Tingkatkan Kecemasan dan Depresi, Begini Rinciannya

28 Februari 2024

Pemilu 2024 Tingkatkan Kecemasan dan Depresi, Begini Rinciannya

Penelitian menemukan Pemilu 2024 berpengaruh terhadap meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi pada masyarakat.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Komeng, Perolehan Suara Sejumlah Artis Kalahkan Politisi Berpengalaman. Siapa Saja Mereka?

20 Februari 2024

Bukan Hanya Komeng, Perolehan Suara Sejumlah Artis Kalahkan Politisi Berpengalaman. Siapa Saja Mereka?

Sejumlah artis pendatang baru di politik ungguli politisi pengalaman. Ada Komeng, Verrell Bramasta dan lainnya.

Baca Selengkapnya

Tugas dan Wewenang Komeng Jika jadi Anggota DPD

16 Februari 2024

Tugas dan Wewenang Komeng Jika jadi Anggota DPD

Perolehan suara Komeng melesat di pemilihan DPD. Apa saja tugas dan fungsinya jika terpilih?

Baca Selengkapnya

Masih Adakah Kemungkinan Putaran Kedua Pilpres 2024? Ini Ketentuannya

15 Februari 2024

Masih Adakah Kemungkinan Putaran Kedua Pilpres 2024? Ini Ketentuannya

Melihat hasil quick count Pemilu 2024, masih adakah kemungkinan putaran kedua Pilpres 2024? Berikut ini penjelasan lengkap terkait ketentuannya.

Baca Selengkapnya