TEMPO.CO, Yogyakarta - Pengamat menilai ada upaya sistematis mengalihkan isu penembakan yang menewaskan empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta menjadi isu menolak premanisme.
“Belakangan ini muncul upaya sistematis mengembangkan opini tentang isu premanisme ketimbang menyelesaikan kasus penyerangan LP Cebongan,” ujar peneliti Pusat Studi Kebijakan dan Perdamaian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Najib Azca. (Baca: Nggak Usah ke Jogja Kalau Buat Rusuh)
Najib yang dikenal sebagai sosiolog ini mengatakan hal itu dalam diskusi tentang penyerangan LP Cebongan di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Selasa malam 9 April 2013. Sinyalemen Najib ini dibenarkan pengamat media dari Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY), Lukas Ispandriarno. “Terjadi pergeseran isu dari pelanggaran HAM atas penembakan empat tahanan itu menjadi pemberantasan preman dan dukungan terhadap langkah Kopassus di Yogyakarta,” katanya.
Pergeseran isu itu tampak dari beberapa aksi dukungan pemberantasan preman, pemasangan spanduk, hingga mobilisasi dukungan dan pujian terhadap Kopassus melalui jejaring sosial. Dukungan terhadap Kopassus muncul lewat ratusan spanduk di tepi jalan sejak Senin lalu. Spanduk itu bertuliskan: Basmi Preman, I Love Kopassus, Terimakasih Kopassus, dan I Love Polri.
Spanduk berukuran 3 X 0,6 meter beberapa di antaranya dipasang di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta, perempatan Ngampilan, Wirobrajan, Jalan Wates, Tugu, Pingit, Demak Ijo. Semua spanduk dipasang tanpa izin pemerintah kota maupun kabupaten. “Itu dimuat media. Ini bahaya, jangan-jangan Yogyakarta dikuasai militer karena terstruktur,” kata Lukas.
Pemasang spanduk itu dilakukan oleh kelompok Face of Yogya, komunitas peduli seni. Menurut, Irwan Cahya Nugraha Gosong, aktivis komunitas ini, komunitasnya memasang 200 spanduk itu di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul sejak Senin lalu. Dia mengklaim didukung masyarakat Yogyakarta. “Dengan spanduk itu orang bisa melihat Yogyakarta aman dari preman,” kata dia Rabu 10 April 2013.
Menurut Irwan, komunitas membuat spanduk itu dengan dana Rp 10 juta yang berasal dari iuran anggota Jogja Otomotif Community, Paguyuban Motor Yogya. “Ini murni iuran pemuda. Tidak ditunggangi TNI dan Polri. Saya yang bertanggungjawab,” kata dia.
Pemasangan spanduk merupakan kelanjutan aksi 200 orang pendukung Kopassus yang menyebut diri Pemuda Yogya AntiPremanisme di kawasan Tugu, Ahad pekan lalu. Menurut Irwan, kelompok ini juga menyebarkan pesan berantai mendukung Kopassus melalui jejaring sosial. “Kami menganggap Kopassus secara langsung dan tidak langsung membuat Yogyakarta aman dan bersih dari preman,” katanya.
SHINTA MAHARANI | PITO AGUSTIN RUDIANA
Topik terhangat:
Partai Demokrat | Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Berita lainnya:
Tengok Cuitan Anas Urbaningrum Soal SMS
Mantan Pangdam IV: Komnas HAM Jangan Didengar
SBY: 1.000 Persen Ibu Ani Tak Terlibat Hambalang
Dirut MRT Irit Bicara, Ahok: Bagus Dong!
'SBY Tak Percaya Orang Lain Selain Dirinya Sendiri'