Warga Guntur Minta Pengosongan Lahan KPK Diundur

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Minggu, 7 April 2013 17:55 WIB

TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta - Penghuni kapling Jalan Gembira Kelurahan Guntur memprotes langkah Komisi Pemberantasan Korupsi mengambil lahan yang mereka tempati. Menurut mereka, tempo pengambilalihan lahan terlalu singkat. Mereka minta KPK memberi waktu 2-3 bulan untuk mempersiapkan diri.

"Ya waktunya 3-2 bulan sebelumnya lah," ujar Lola, 32 tahun, penghuni lahan KPK di Jalan Gembira, Minggu, 7 April 2013.

Sementara itu, Forum Perjuangan Warga Guntur Ronald Simanjuntak menyatakan butuh waktu 2-3 minggu sejak dimulainya proses pembangunan, dengan syarat ada Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Ronald melanjutkan, bukan hanya tempo waktu yang diinginkan oleh warga. Tapi kepastian pembangunan. "Kalau memang belum dibangun, biarkan kami di sini dulu," katanya pada wartawan di lokasi dan kesempatan yang sama. "Tapi kalau memang ada surat pembangunan, dan minta 3 hari dikosongkan, kami akan jujur. Keluar," katanya lagi.

Selama ini, kata Ronald, belum ada informasi kepastian akan pembangunan lahan KPK. Warga merasa diombang-ambingkan. "Tiba-tiba kok muncul surat peringatan dari Satpol PP, ada apa," katanya.

Surat peringatan tersebut dikirim dalam waktu yang cukup singkat. Surat peringatan yang berlogo Satuan Polisi Pramong Praja Kota Administrasi Jakarta Selatan tersebut dikirim pertama pada akhir Maret 2013. Kemudian surat kedua dikirim pada 1 Aparil 2013. "Dan hanya berjarak tiga hari saja, lalu dikirim SP ke-3," ujar Ronald. Yakni pada 4 April 2014.

Surat yang ditandatangani Ketua Satpol PP Kota Jakarta Selatan Sulistiarto bernomor 270/-1/758.2 itu, meminta warga untuk segera mengosongkan lahan. Apabila dalam waktu 24 jam sejak surat perintah bongkar ini dikeluarkan, warga tidak membongkar bangunan, maka tim penertiban tingkat Kota Administrasi Jakarta Selatan akan segera membongkar atau menertibkan.


Sementara itu, soal kompensasi, Ronald mengaku warga tidak menuntut duit apa pun. Tapi Lola, warga lainnya mengaku tak menolak jika ada kompensasi. "Saya tergantung yang lain," katanya.

Sengketa lahan KPK di Jalan Gembira dimulai sejak tahun 2010. Tanah tersebut awalnya dimiliki oleh developer, lalu diambil alih Kementerian Keuangan sejak krisis moneter. Lalu karena manganggur, sekitar 5 kepala keluarga menempati lahan itu sejak 1997. Hingga pada 2010, ketika penghuni berkembang menjadi 81 Kepala Keluarga, mengaku kaget menerima surat permintaan pengosongan lahan. Mereka mengaku belum siap dengan penggusuran. Pasalnya, pekerjaan mereka hanya sebagai pemulung dengan pendapatan Rp 50.000 per hari. Dan belum tahu akan pindah ke mana.


Belakangan pihak Kelurahan Guntur sudah memfasilitasi pertemuan antara warga dengan KPK. Warga mengaku sudah siap. Tapi saat pemerintah hendak mengambil alih lahan, warga kembali mengungkapkan ketidaksiapannya. Kini hanya 48 kepala keluarga atau 155 jiwa yang tersisa di lahan tersebut.

Soal ambil alih lahan ini, juru bicara KPK Johan Budi menyatakan segera akan memberikan pernyataan atas keresahan warga Jalan Gembira. "Besok Senin akan dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal KPK," ujar Johan sore tadi.

FEBRIANA FIRDAUS


Topik Terhangat Tempo:
Penguasa Demokrat
|| Agus Martowardojo || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas


Berita lainnya:

Investigasi TNI AD Dinilai Penuh Rekayasa
Profil Grup 2 Kopassus, Penyerang LP Cebongan
SBY Bilang Pelaku Penyerangan LP Cebongan Kesatria
Wiranto: Pengungkapan Kasus Cebongan Cukup 1 Hari

Advertising
Advertising

Berita terkait

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

2 jam lalu

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.

Baca Selengkapnya

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

2 jam lalu

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

KPK menyita kantor Partai NasDem di Labuhanbatu, Sumatera Utara, dalam perkara korupsi yang menjerat Bupati Erik Atrada Ritonga.

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

3 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Sidang SYL: Duit Kementerian Dipakai Buat Sunatan, Bangun Kafe, hingga Cicil Alphard

6 jam lalu

Fakta-Fakta Sidang SYL: Duit Kementerian Dipakai Buat Sunatan, Bangun Kafe, hingga Cicil Alphard

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo alias SYL acapkali menggunakan uang Kementan untuk keperluan pribadi.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Tunda Sidang Etik Dua Pekan karena Nurul Ghufron Tak Hadir

9 jam lalu

Dewas KPK Tunda Sidang Etik Dua Pekan karena Nurul Ghufron Tak Hadir

Dewas KPK menunda sidang etik dengan terlapor Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

11 jam lalu

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

Penyidik KPK menggeledah kantor Sekretariat Jenderal DPR atas kasus dugaan korupsi oleh Sekjen DPR, Indra Iskandar. Ini profil dan kasusnya.

Baca Selengkapnya

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

17 jam lalu

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

Gugatan praperadilan Bupati Sidoarjo itu akan dilaksanakan di ruang sidang 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pukul 09.00.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

22 jam lalu

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

1 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

KPK Belum Putuskan Berapa Lama Penghentian Aktivitas di Dua Rutan Miliknya

1 hari lalu

KPK Belum Putuskan Berapa Lama Penghentian Aktivitas di Dua Rutan Miliknya

Dua rutan KPK, Rutan Pomdam Jaya Guntur dan Rutan Puspomal, dihentikan aktivitasnya buntut 66 pegawai dipecat karena pungli

Baca Selengkapnya