TEMPO.CO, Pontianak -Kota Pontianak, sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat, belum mempunyai sekolah inklusi negeri.
"Seharusnya, sesuai dengan amanat undang-undang, sekolah inklusi negeri harus ada. Tapi dalam praktiknya belum ada," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Kalimantan Barat, Alik R Rosyad, Selasa 2 April 2013, disela-sela kegiatan Peringatan Hari Autis Sedunia, bertema "Walk for Autism", di Pontianak.
Dia mengharapkan, pemerintah daerah segera menyiapkan sejumlah sekolah negeri sebagai sekolah inklusi untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kalimantan Barat. Selama ini, sekolah inklusi hanya dipenuhi oleh yayasan pendidikan swasta saja. "Adik-adik ini mungkin dianggap 'trouble maker', padahal dengan terapi yang baik masalah mereka bisa diatasi," katanya.
Menurut Alik, ABK sesungguhnya sama dengan anak umumnya. Walaupun ada beberapa kekurangan di antara mereka, tetapi ada juga kelebihannya dibanding anak umumnya. Karena itu pula ABK harus mendapatkan perhatian yang sama seperti anak umumnya, terutama untuk pendidikannya.
Berkaitan dengan tema Hari Autis Sedunia, 2 April bertema "Walk for Autism", anak-anak berkebutuhan khusus dari Sekolah Cahaya Bangsa Pontianak mengadakan jalan santai untuk berinteraksi dengan lainnya dan juga memberitahu masyarakat lainnya bahwa kondisi ABK sama dengan masyarakat umumnya.
Tahun ini merupakan tahun keenam peringatan Hari Autis Sedunia, sesuai dengan Resolusi PBB No. 62/139, yang dikeluarkan 18 Desember 2007 yang telah menetapkan tanggal 2 April sebagai Hari Autis Sedunia.