Salah seorang tetua warga NTT di Yogyakarta memimpin ibadat untuk mendoakan para korban penyerbuan lapas di Instalasi Kedokteran Forensik RSUD Dr. Sardjito, kabupaten Sleman, Yogyakarta, Minggu (24/3). Kebaktian yang diikuti kerabat dan ratusan warga NTT di Yogyakarta ini dilakukan untuk mendoakan keempat korban penyerbuan Lapas Kelas II B Cebongan Sleman sebelum diberangkatkan ke daerah asal dan berlangsung khidmat. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 20 orang sesepuh Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Nusa Tenggara Timur meminta aparat memberi jaminan keamanan. Buntut dari kasus penembakan empat warga NTT di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, pada Sabtu lalu, kini mereka dihantui rasa waswas.
"Kasus itu menimbulkan efek domino dan ketakutan sehingga mahasiswa NTT banyak yang sembunyi," ujar salah seorang sesepuh, Daniel Dama Ledo, seusai bertemu dengan Komandan Korem 072 Pamungkas, Brigadir Jenderal Adi Widjaya, Rabu, 27 Maret 2013.
Menurut dia, sebanyak 5.000 mahasiswa NTT, khususnya dari Kupang, eksodus dari Yogyakarta ke sejumlah daerah karena ketakutan. Rasa waswas itu semakin menghantui menyusul beredarnya pesan pendek tentang sweeping oleh kelompok tak dikenal dan bersenjata ke pusat pemondokan mahasiswa asal NTT. “Mereka mengungsi ke kerabat yang ada di Malang, Solo, dan Surabaya karena resah,” ujarnya.
Tuntutan jaminan keamanan juga disampaikan mahasiswa asal NTT yang tergabung dalam Forum Keluarga Mahasiswa NTT Bersatu Yogyakarta. "Sejak kasus pembunuhan Kopassus di Hugo's Cafe terjadi, sampai sekarang kami tidak aman," kata mahasiswa STPD APMD itu seusai bertemu tim Komnas HAM, Rabu, 27 Maret 2013. Yon Lopo mengatakan, jaminan keamanan semestinya tertulis sehingga membuat mereka lega.
Adapun Wakil Ketua DPRD DIY Janu Ismadi menilai, jaminan keamanan secara tertulis yang diminta warga asal NTT berlebihan. “Jaminan itu akan disalahtafsirkan untuk kebal hukum, jadi kami nilai terlalu berlebihan kalau harus tertulis,” kata Janu.
SHINTA MAHARANI | PRIBADI WICAKSONO | ADDI M IDHOM