Sejumlah kerabat menunggu empat jenazah korban penembakan sebelum dibawa ke Kupang, NTT, di RS. Dr. Sardjito, Yogyakarta, Senin (25/3) dini hari. Keempat jenazah tersebut yakni Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yemiyanto Rohiriwu, Adrianus Candra Gajala dan Hendrik Benyamin Sahetapy korban penembakan di Lapas 2B Cebongan, Sleman pada Sabtu (23/3) dini hari lalu. ANTARA/Noveradika
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono membantu Kepolisian RI mengungkap kasus serangan ke Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman. Melalui Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringa, SBY menyuruh jajaran TNI membantu pengungkapan identitas pelaku penyerbuan.
"Presiden telah memerintahkan Kapolri untuk melakukan semua tindakan yang mungkin guna mengungkap pelaku," kata Daniel melalui pesan pendek, Selasa, 26 Maret 2013. "Dan memastikan semua yang terlibat diadili di depan hukum."
Sekitar 17 orang bersenjata menyerbu LP Cebongan pada Sabtu, 23 Maret 2013. Setelah mendesak dan memukul delapan dari 10 sipir LP Cebongan, mereka memberondong peluru ke arah empat tahanan. Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi, dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi sontak tewas di tempat. Sedangkan sebanyak 31 peluru ditemukan bersarang pada tubuh mereka.
Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti menduga penyerangan ke LP Sleman dilakukan orang-orang yang sudah terlatih. Bahkan, dia yakin, militer-lah pelakunya. Namun, Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigadir Jenderal Rukman, membantahnya. "Belum bisa diidentifikasi kalau para penyerang itu anggota Kopassus,” kata Rukman.
Di tempat berbeda, Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, anggotanya masih melakukan olah tempat kejadian perkara. Ia pun menolak menjawab dugaan keterlibatan militer dalam serbuan itu. "Beri kami kesempatan olah TKP, nanti hasilnya disampikan ke publik," ujar Timur. Cek info penyerangan profesional Penjara Cebongan, Sleman, di sini.