Ketua umum Gerakan Rakyat Indonesia Baru dari partai Gerindra, Hercules Rosario. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO , Jakarta:Hercules Rozario Marshal mengemukakan alasan anak buahnya berada di sekitar area apel polisi di Kembangan, Jakarta Barat. "Itu kan memang jalan yang biasa kami lewati," kata dia di tengah jalan menuju ruang tahanan Polda Metro Jaya, Sabtu 9 Maret 2013 malam.
Sebelumnya, Polres Jakarta Barat dan Polda menangkap Hercules dan 46 anak buahnya di kawasan tersebut. Awalnya, Polres menggelar apel karena banyak laporan warga soal pemerasan oleh anggota Hercules.
Apel dipimpin Ajun Komisaris Marbun, Kepala Unit Kriminal Umum Polres. Namun saat apel, kata Juru Bicara Polda, Komisaris Besar Rikwanto, sekelompok anggota Hercules melakukan tindakan yang cenderung melawan petugas dengan memecahkan kaca ruko di belakang pasukan dan merusak salah satu kendaraan operasional petugas.
Setelah itu, pada pukul 17.00, polisi kembali menggelar apel konsolidasi. Kali ini di bawah pimpinan Ajun Komisaris Besar Hengky Haryadi, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres. "Untuk menindak kelompok tersebut," kata Rikwanto.
Tiba-tiba, ada beberapa orang anggota Hercules menggunakan tiga sepeda motor dan satu mobil melintas kencang membawa senjata tajam di depan pasukan. "Mereka mengganggu apel dengan membunyikan sepeda motor keras-keras, melintas di tempat apel dengan acungkan senjata tajam."
Ketika ditanya soal anak buahnya yang disebut-sebut menerima duit keamanan Rp. 25 juta dari pemilik ruko, Hercules berdalih. "Mereka kan punya gaji setiap bulan. Gaji keamanan di situ. Mereka membayar kalau enggak salah Rp. 2 juta sampai Rp. 2,5 juta," kata dia.
Bantah Lakukan Aksi Premanisme terhadap PT CNI, Warga Wolo: Kami Minta Pertanggungjawaban Perusahaan
23 Juni 2023
Bantah Lakukan Aksi Premanisme terhadap PT CNI, Warga Wolo: Kami Minta Pertanggungjawaban Perusahaan
Pemuda dan mahasiswa Wolo mengecam PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) yang menganggap aksi ratusan warga Desa Muara Lapao-pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, sebagai aksi premanisme.