Mahasiswa UNS Demo Anti Kenaikan SPP

Reporter

Editor

Jumat, 6 Agustus 2004 16:46 WIB

TEMPO Interaktif, Solo:Ratusan Mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo berunjuk rasa menentang kenaikan SPP dan pungutan biaya pendidikan yang dikenakan terhadap mahasiswa baru, Jum'at (6/8). Mereka melakukan orasi dan menempeli gedung rektorat dengan berbagai poster berisikan protesnya. Para mahasiswa gagal menyerahkan "Maklumat Mahasiwa" kepada pihak rektorat karena tidak ada satupun yang bersedia menemui mereka. Dalam unjuk rasa tersebut, Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) UNS mengeluar maklumat yang berisikan peringatan terhadap Rektor UNS, Prof Syamsul Hadi agar sungguh-sungguh merespon aspirasi mahasiswa yang menolak kenaikan SPP dan pungutan Biaya Pengembangan Institusi (BPI). Mahasiswa mengultimatum rektor untuk memberikan tanggapan dalam jangka waktu 3 X 24 jam terhitung sejak 6 Agustus pukul 12.00 WIB dengan mencabut SK Rektor tentang kenaikan SPP dan penetapan BPI tersebut."Setelah dua tuntutan kami dipenuhi, baru dilakukan pembahasan secara bersama-sama mengenai kebijakan menaikkan SPP kepada mahasiswa baru tersebut yang tentu saja melibatkan civitas akademika, termasuk mahasiswa," tandas Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS, Muhammad Nafi Anshori mewakili KBM UNS.Di dalam orasinya, para mahasiswa memprotes cara yang dilakukan rektor dalam membuat kebijakan karena sama sekali tidak melibatkan civitas akademika. Padahal Syamsul Hadi saat kampanye pencalonan rektor, dikatakan oleh para mahasiswa berjnaji akan melibatkan mahasiswa dalam mengambil kebijakan strategis.Selain itu, kenaikan SPP tersebut juga tidak memihak masyarakat yang membutuhkan pendidikan murah. "Polling BEM terhadap mahasiswa baru hasil PMDK menyatakan 71 keberatan dengan besarnya biaya SPP dan BPI ini," tukas salah satu pengurus BEM, Ahmad Nasihin.Rektorat juga dituding hanya membebek terhadap kebijakan pemeritnah karena tidak berani secara kritis menuntut realisasi anggaran 20 persen dari APBD. Rektor UNS dikatakan hanya sendiko dawuh alias menurut dengan keputusan-keputusan pemerintah yang dinilai mahasiswa tidak pernah memihak rakyat. Seusai membacakan maklumat, para mahasiswa berusaha untuk menyerahkan maklumat tersebut kepada rektorat. Tetapi tidak ada pejabat kampus yang menanggapinya. Akhirnya mahasiswa menempelkan maklumat tersebut ke kaca pintu rektorat bersama dengan sejumlah poster yang diantaranya bertuliskan "Gedung ini Disegel Mahasiswa".Menurut pejabat humas UNS, Sunardiyono, pihak UNS menolak untuk memenuhi permintaan dialog dengan mahasiswa karena sebelumnya BEM UNS telah mengecewakan rektorat."Tanggal 27 Juli lalu, Purek II diundang sebagai pembicara dalam diskusi Mahalnya Biaya Pendidikan yang diadakan BEM, tetapi tiba-tiba dibatalkan tanpa pemberitahuan. Tanggal 31 Juli, Purek II juga masih bersedia untuk memenuhi permintaan BEM membuatkan analisis biaya pendidikan, tetapi lagi-lagi BEM tidak menepati janjinya. Pimpinan universitas merasa public hearing tidak perlu dilakukan karena BEM UNS cenderung apriori dulu, apalagi rektor sudah berulang kali menjelaskan masalah ini," tukas Sunardiyono. Imron Rosyid - Tempo News Room

Berita terkait

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

8 jam lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

9 jam lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

22 jam lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

23 jam lalu

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

Makna mendalam dibalik logo pendidikan Indonesia, Tut Wuri Handayani

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

1 hari lalu

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

1 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

5 hari lalu

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

6 hari lalu

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

Gibran mengatakan para penerima sepatu gratis itu sebagian besar memang penerima program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.

Baca Selengkapnya

KPPU: Penegakan Hukum Pinjol Pendidikan Masih Tahap Penyelidikan Awal

6 hari lalu

KPPU: Penegakan Hukum Pinjol Pendidikan Masih Tahap Penyelidikan Awal

Pada Februari 2024, KPPU menyatakan memanggil empat perusahaan pinjol yang berikan pinjaman pendidikan kepada mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

11 hari lalu

Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

Tenaga pendidik akan ditempatkan Kemendikbudristek di CLC yang berlokasi di perkebunan atau ladang dengan masa penugasan selama 2 tahun.

Baca Selengkapnya